PALEMBANG, KORANPALPOS.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan menyebutkan terdapat dua kelompok pengeluaran yang menjadi penyumbang deflasi tertinggi di wilayah itu.
Kepala BPS Sumsel Moh Wahyu Yulianto di Palembang, Kamis, mengatakan Sumsel mengalami deflasi sebesar 0,29 persen secara bulanan (month to month/mtm) pada periode Juli 2024. Kondisi deflasi itu jauh lebih dalam jika dibandingkan dengan tingkat deflasi nasional yang sebesar 0,18 persen secara mtm.
Ia menjelaskan, berdasarkan dari 11 kelompok pengeluaran terdapat dua kelompok yang menjadi penyumbang deflasi tertinggi diantaranya kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,52 persen, serta kelompok perumahan air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,01 persen
Sedangkan, untuk kelompok pengeluaran lainnya tercatat tiga stabil dan enam kelompok mengalami inflasi.
BACA JUGA:BBPOM Palembang Lakukan Tes Laboratorium Permen Semprot
BACA JUGA:Menciptakan Potensi Penghematan hingga 3,2 T
“Terdapat beberapa kelompok yang juga terdorong inflasi seperti kelompok rekreasi, olahraga dan budaya, serta kelompok pendidikan. Untuk pendidikan memberikan andil inflasi tertinggi sebesar 0,11 persen,” jelasnya.
Ia mengatakan kan untuk kondisi di masing-masing kabupaten/kota indeks harga konsumen (IHK) di Sumsel, secara mtm seluruhnya kompak mengalami deflasi, yaitu Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) sebesar 0,40 persen, Kabupaten Muara Enim 0,07 persen, dan Kota Palembang dan Lubuk Linggau yang deflasi 0,31 persen.
Adapun sejumlah peristiwa yang mempengaruhi kondisi deflasi di Sumsel periode Juli 2024, di antaranya kenaikan harga emas secara global, masuknya tahun ajaran baru, serta penurunan sejumlah komoditas pertanian hortikultura.
“Tentunya upaya konsistensi pengendalian inflasi pemerintah di provinsi dan kabupaten/kota juga berdampak terhadap kestabilan beberapa harga komoditas yang dikendalikan oleh pemerintah,” kata dia. (ant)