Rupiah Berkonsolidasi Seiring China Pangkas Suku Bunga Pinjaman

Senin 22 Jul 2024 - 11:15 WIB
Reporter : Echi
Editor : Zen Kito

Dengan meningkatnya permintaan dari China, negara-negara pengekspor komoditas seperti Indonesia bisa mendapatkan manfaat dari peningkatan permintaan barang dan jasa.

Hal ini berpotensi memperbaiki neraca perdagangan dan mendukung penguatan mata uang lokal seperti rupiah.

Selain keputusan bank sentral China, faktor lain yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah berita pengunduran diri Joe Biden dari pencalonan Presiden Amerika Serikat (AS).

BACA JUGA: Promo DANA Terbaru : Raih Keuntungan Maksimal dengan Transaksi Digital, Begini Caranya !

BACA JUGA:Tips Sukses Membuka Bisnis Minuman: Panduan untuk Pemula!

Pengunduran diri ini menciptakan peluang kemenangan yang lebih besar bagi Donald Trump, yang dikenal dengan kebijakan pro-AS yang cenderung mendorong penguatan dolar AS.

Ariston menyatakan bahwa potensi pelemahan rupiah hari ini bisa menuju ke arah Rp16.220 per dolar AS, dengan potensi support di sekitar Rp16.150 per dolar AS.

Namun, banyak analis masih melihat adanya volatilitas di pasar uang global yang dapat mempengaruhi pergerakan mata uang termasuk rupiah.

Para pelaku pasar kini mencermati berbagai data ekonomi global yang dapat memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan moneter di beberapa negara utama dunia.

Di AS, data inflasi yang akan dirilis pekan ini menjadi fokus utama karena dapat mempengaruhi keputusan Federal Reserve terkait suku bunga.

Jika data inflasi menunjukkan penurunan, maka kemungkinan besar Federal Reserve akan menahan kenaikan suku bunga lebih lanjut, yang bisa berdampak pada pelemahan dolar AS.

Di sisi lain, kebijakan bank sentral China yang cenderung akomodatif diharapkan dapat memberikan dorongan positif bagi ekonomi global.

Langkah ini juga menunjukkan komitmen pemerintah China untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan, meskipun di tengah tantangan ekonomi global yang sedang berlangsung.

Melihat prospek jangka pendek, rupiah masih menghadapi beberapa tantangan eksternal yang dapat mempengaruhi pergerakannya.

Selain data inflasi AS dan kebijakan moneter bank sentral global, faktor lain seperti harga komoditas, kondisi geopolitik, dan sentimen investor global juga turut berperan.

Namun, di sisi domestik, pemerintah Indonesia terus berupaya menjaga stabilitas ekonomi dengan berbagai kebijakan fiskal dan moneter yang pro-pertumbuhan.

Kategori :