Di sisi lain, penurunan nilai tukar rupiah bisa memberikan keuntungan bagi eksportir karena produk mereka menjadi lebih kompetitif di pasar internasional.
Namun, impor menjadi lebih mahal, yang bisa menekan neraca perdagangan jika ketergantungan pada barang impor tinggi.
4. Investasi Asing
Fluktuasi nilai tukar juga mempengaruhi aliran investasi asing.
Investasi asing bisa menurun jika investor merasa tidak yakin dengan stabilitas nilai tukar rupiah, atau sebaliknya, mereka bisa memanfaatkan nilai tukar yang lebih rendah untuk berinvestasi di Indonesia.
Bank Indonesia dan pemerintah biasanya melakukan berbagai upaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, termasuk:
1. Intervensi Pasar Valuta Asing
Bank Indonesia bisa melakukan intervensi langsung di pasar valuta asing dengan menjual atau membeli dolar AS untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
2. Kebijakan Moneter
Kebijakan suku bunga dan likuiditas yang diambil oleh Bank Indonesia juga berpengaruh besar terhadap nilai tukar rupiah.
Kenaikan suku bunga bisa menarik lebih banyak investasi asing dan memperkuat rupiah.
3. Kebijakan Fiskal
Pemerintah juga bisa mengambil langkah-langkah fiskal untuk mendukung nilai tukar rupiah, seperti pengendalian defisit anggaran dan pengelolaan utang luar negeri yang hati-hati.
4. Diversifikasi Ekonomi
Mengurangi ketergantungan pada impor dan mendorong diversifikasi ekonomi juga bisa membantu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dalam jangka panjang.
Penurunan nilai tukar rupiah sebesar 44 poin atau 0,27 persen menjadi Rp16.235 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.191 per dolar AS adalah refleksi dari berbagai faktor ekonomi yang kompleks.