LUBUKLINGGAU, KORANPALPOS.COM - Lapangan Merdeka di Lubuklinggau, Sumatera Selatan, bukan sekadar sebuah lahan kosong di tengah kota.
Lebih dari itu, lapangan ini mengandung makna yang dalam bagi masyarakat lokal sebagai simbol kebanggaan dan kenangan perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan.
Dahulu dikenal sebagai City Square, tempat ini menjadi pusat segala aktivitas pemerintahan saat Lubuklinggau menjadi ibu kota Onder Afdeeling Moesi Oeloe di masa kolonial Hindia Belanda.
Gedung-gedung penting pemerintahan berjejer di sekitarnya, menandai kehadiran administrasi kolonial yang memengaruhi perkembangan kota ini hingga hari ini.
Pada tanggal 19 Agustus 1945, berita proklamasi kemerdekaan Indonesia tiba di Lubuklinggau, beberapa hari setelah pengumuman resmi di Jakarta.
Hal ini mencerminkan tantangan komunikasi pada masa itu, yang masih dikuasai oleh pihak pendudukan Jepang.
BACA JUGA:5 Museum Besar di Palembang : Menelusuri Jejak Sejarah dan Budaya Palembang dengan Wisata Edukasi
BACA JUGA:Berapa Jumlah Bahasa yang Ada di Pulau Sumatera ? Cek Apakah Bahasa Daerahmu Termasuk !
Raden Ahmad Abusamah, seorang pejabat Jepang yang mendukung kemerdekaan, memainkan peran kunci dalam menyerahkan kekuasaan kepada Republik Indonesia di daerah ini.
Pengibaran bendera Merah Putih di Lapangan Merdeka menjadi simbol penting dimulainya perjuangan untuk kemerdekaan, merefleksikan semangat dan antusiasme masyarakat Lubuklinggau yang haus akan kebebasan.
Sejak awal perjuangan kemerdekaan, Lapangan Merdeka telah berperan sebagai basis penting bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI) di wilayah Sumatera Selatan.
BACA JUGA:8 Warisan Sejarah di Palembang Sumatera Selatan : Menggali Kekayaan Budaya dan Alam !
BACA JUGA:10 Bangunan Tertua yang Masih Kokoh di Indonesia : Jejak Sejarah yang Menyimpan Cerita Unik !