Nilai Tukar Rupiah Rabu 12 Juni 2024 : Merosot 12 Poin Jadi Rp16.303 per Dolar AS !
Nilai mata uang Rupiah terhadap dolar melemah hingga mencapai Rp16.303 di tengah ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) yang semakin berkurang.-FOTO : ANTARA-
BACA JUGA:Nilai Tukar Rupiah Selasa 4 Juni 2024 : Menguat 25 Poin Jadi Rp16.205 per Dolar AS !
Pada FOMC Juni 2024 diperkirakan bank sentral AS masih akan menahan Fed Funds Rate (FFR) pada kisaran 5,25 persen hingga 5,50 persen.
Berdasarkan perkiraan pasar, penurunan suku bunga bank sentral AS, FFR, pertama pada 2024 baru akan terjadi pada November 2024.
Dengan probabilitas penurunan sebesar 46,1 persen dan penurunan kedua pada Desember 2024 dengan probabilitas sebesar 40,9 persen.
BACA JUGA:Nilai Tukar Rupiah Menguat 15 Poin Jumat 31 Mei 2024 : Rp16.250 per Dolar AS !
BACA JUGA:Rupiah Melemah 76 Poin, Kamis 30 Mei 2024 : Rp16.236 per Dolar AS !
Penundaan penurunan FFR ini disebabkan oleh masih tingginya inflasi AS yang sulit turun menuju target bank sentral AS sebesar 2 persen.
Pada Mei 2024, tingkat pengangguran AS naik menjadi 4 persen dari 3,9 persen dan jumlah non-farm payrolls pada Mei 2024 meningkat melebihi ekspektasi, mencapai 272 ribu pada Mei 2024 dari 165 ribu pekerjaan pada April 2024.
Data ketenagakerjaan yang kuat ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap solid meskipun ada tanda-tanda perlambatan di sektor lain.
Data terbaru AS terkait ketenagakerjaan menggeser ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed.
Di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, para investor masih menunggu FOMC Juni 2024 dan rilis terbaru Fed Guidance.
Rencana kebijakan The Fed ini sangat dinantikan karena akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter AS di masa mendatang.
Reny menuturkan aliran dana asing masih terus keluar dari pasar Indonesia dan pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih berlanjut.
Dari domestik, musim pembayaran dividen masih mendorong meningkatnya permintaan dolar AS.
Musim pembayaran dividen biasanya menyebabkan perusahaan-perusahaan Indonesia membutuhkan lebih banyak dolar untuk membayar dividen kepada pemegang saham asing, yang berkontribusi pada tekanan terhadap nilai tukar rupiah.