Drama Berbalas Serang Israel-Iran

Peluruh kendali Iran yang siap menghantam Israel-Foto : Antara-

Menghadapi kenyataan ini, Presiden AS Joe Biden lalu menegaskan kepada PM Netanyahu bahwa AS tak akan merestui perang dengan Iran.

Sikap sama pasifis dirangkul negara-negara Arab yang sudah lelah oleh konflik dan perang.

Negara-negara Teluk, termasuk Arab Saudi dan Yordania yang wilayahnya berada di antara Israel dan Iran, bahkan kali ini pasti tak membolehkan wilayah udaranya digunakan Israel untuk menyerang Iran.

Namun, bahaya terbesar perang Israel-Iran adalah terganggunya perekonomian dunia yang sensitif terhadap pergerakan harga minyak, apalagi Iran bisa memblokade atau mengganggu jalur minyak global, khususnya Selat Hormuz.

Pada 2022, melalui Selat Hormuz ini berlayar kapal-kapal tanker yang mengangkut 21 juta barel minyak per hari yang setara dengan 21 persen tingkat konsumsi minyak dunia dan 30 persen pasokan minyak dunia.

Bayangkan saja, dampak embargo minyak Rusia yang menguasai 14 persen pasokan minyak akibat invasi di Ukraina saja sudah begitu dahsyat terhadap perekonomian global, apalagi jika kawasan yang menguasai 30 persen pasokan minyak dunia diganggu perang.

Bahkan kalaupun Iran tak mengganggu jalur energi global itu, sentimen buruk terhadap harga minyak global pasti sangat besar.

Resultante paling dahsyatnya adalah naiknya suku bunga dan inflasi yang bisa memicu krisis multidimensi, termasuk krisis energi yang efeknya bisa ke mana-mana.

Oleh karena itu, perang Iran-Israel mungkin tak akan terjadi, walau permusuhan di antara kedua negara makin sulit dipadamkan. (ant)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan