Drama Berbalas Serang Israel-Iran
Peluruh kendali Iran yang siap menghantam Israel-Foto : Antara-
Iran juga menyatakan tak menginginkan perang terbuka baik dengan Israel maupun AS.
Meminjam laporan New York Times, pada malam setelah Israel menyerang kedubes Iran di Damaskus, Kementerian Luar Negeri Iran memanggil Duta Besar Swiss di Teheran untuk menegaskan pendapat mereka bahwa AS dan Israel bertanggung jawab dalam serangan 1 April di Damaskus.
Swiss adalah salah satu saluran yang digunakan Iran untuk berhubungan dengan AS, karena mereka tak memiliki hubungan diplomatik.
AS sendiri, melalui Oman dan Swiss, menegaskan tak terlibat dalam serangan Damaskus dan menandaskan tak mau berperang dengan Iran.
Sejak itu, pemerintah Iran aktif membuka saluran komunikasi tidak langsung dengan AS, termasuk niat balas menyerang Israel.
Seraya menyatakan serangan Israel pada 1 April itu melanggar kedaulatan Iran sehingga harus dibalas, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian berkata kepada sejumlah pejabat Arab, Eropa, dan PBB bahwa Iran akan membalas serangan Israel tapi dilakukan secara terbatas karena tak mau memicu perang kawasan.
Faktanya, serangan rudal dan drone yang dilancarkan Iran ke Israel itu memang tidak menimbulkan kerusakan fatal, bahkan berhasil dicegat oleh sekutu-sekutu Israel, termasuk Yordania.
Mungkin Tak akan Terjadi
Kini dunia cemas menantikan apakah Israel akan membalas serangan Iran itu.
Dunia makin cemas karena Iran juga bersumpah akan menyerang lagi Israel dengan lebih dahsyat dan tanpa peringatan, jika diserang balik oleh Israel.
Bahkan Jenderal Ahmad Haghtalab dari Korps Pengawal Revolusi Iran mengancam menyerang situs-situs nuklir Israel dan menyatakan Iran akan mengaktifkan lagi proyek senjata nuklirnya.
Dan jika perang terbuka itu pecah, maka tak hanya Israel dan Iran yang menghadapi kehancuran karena seluruh Timur Tengah dan bahkan dunia bakal terkena getahnya.
Proksi-proksi Iran dipastikan aktif di seantero Timur Tengah, tak hanya menyerang Israel, tapi juga kepentingan sekutu-sekutu Israel, terutama AS, di kawasan itu.
Itulah yang ditakutkan AS, terlebih negara ini tengah menghadapi pemilu di mana para pemilih di sana sangat sensitif terhadap keselamatan jiwa tentaranya di luar negeri.
Ini ditambah oleh kecenderungan pasifis atau anti-perang pada bagian besar rakyat AS.