Dunia Bertarung di Ekonomi
Anggota Komisi Percepatan (kiri ke kanan) Otto Hasibuan, Listyo Sigit Prabowo, Ahmad Dofiri, Tito Karnavian, Badrodin Haiti dan Jimly Asshiddiqie memberikan keterangan pers di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (7/11/2025).-Foto: Antara-
BACA JUGA:Kemenlu RI Pertimbangkan Kirim Pengamat ke Pemilu Myanmar
Tito mencontohkan keberhasilan Singapura di bawah kepemimpinan Lee Kuan Yew, yang mampu menjadi negara maju tanpa kekayaan alam, melainkan dengan membangun pendidikan berkualitas dan memberikan beasiswa bagi generasi terbaik.
Ia juga menyebut bahwa arah kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto melalui program seperti Sekolah Rakyat, Sekolah Garuda, dan beasiswa kedokteran, merupakan langkah konkret menuju visi Indonesia Emas 2045.
Lebih lanjut, Tito mendorong perguruan tinggi agar tidak hanya berfungsi sebagai lembaga akademik, tetapi juga sebagai motor penggerak inovasi dan riset nasional.
BACA JUGA:NI AU Perkuat Pengawasan Udara di Jalur ALKI II dan Kawasan IKN
BACA JUGA:Prabowo Tegas: Tak Dikendalikan Jokowi
“Perguruan tinggi harus bertransformasi, berinvestasi di bidang riset, teknologi, dan pengembangan SDM agar tidak tertinggal dalam era ekonomi digital,” katanya.
Sementara itu, Dosen Hukum Internasional Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Triyana Yohanes, menilai gagasan Tito relevan dengan dinamika global saat ini.
Menurutnya, paradigma konstruktivisme yang diusung Tito menghadirkan arah baru bagi kebijakan luar negeri Indonesia yang berbasis pengetahuan dan produktivitas ekonomi.
BACA JUGA:Kepala Daerah Diminta Terus Tingkatkan Kapabilitas
BACA JUGA:Sahroni Cs Langgar Kode Etik, Tetap Nonaktif
“Pesan utama Tito adalah membangun kekuatan nasional yang bersumber dari SDM, teknologi, dan tata kelola pemerintahan yang bersih. Ini jauh lebih berkelanjutan dibandingkan mengandalkan kekuatan militer,” ujar Triyana.
Ia menambahkan, orasi Tito menjadi pengingat bahwa untuk menjadi kekuatan dominan pada 2045, Indonesia harus menegakkan hukum, memperkuat pendidikan, dan memastikan pemerintahan yang transparan serta bebas korupsi.
“Hanya dengan fondasi moral dan tata kelola yang bersih, Indonesia bisa benar-benar mewujudkan cita-cita sebagai kekuatan ekonomi dunia,” tutupnya. (ant)