Seruan Kluivert Out dan Rindu Shin Tae-yong Bergema : Ketika Harapan Tinggi Berujung Kekecewaan !
Pelatih Timnas senior Indonesia Patrick Kluivert (tengah) menyaksikan pertandingan Timnas Indonesia U-23 melawan Timnas Korea Selatan U-23 dalam kualifikasi Grup J Piala Asia U-23 2026-Foto : dokumen palpos-
Hingga akhirnya, seruan #KluivertOut dianggap sebagai puncak kekecewaan atas hasil yang tak sepadan dengan harapan.
Selebritas dan penggemar sepak bola, Ibnu Jamil, bahkan ikut berkomentar di akun pribadinya.
“Memang tidak ada jaminan yang lama bisa membawa kita ke Piala Dunia, tapi setidaknya kerelaan hati kita akan jauh lebih besar daripada sekarang,” tulisnya.
Kini, bola panas berada di tangan PSSI. Dua pilihan terbentang di depan: memecat Kluivert atau mempertahankannya dengan catatan perbaikan signifikan.
Jika opsi pertama yang diambil, maka sosok pengganti harus memiliki rekam jejak yang tak kalah dari Shin Tae-yong—yakni pelatih dengan pengalaman internasional dan kemampuan membangun tim jangka panjang.
Namun bila Kluivert dipertahankan, maka PSSI perlu menetapkan target yang realistis, seperti menembus perempat final Piala Asia 2027 atau memperkuat regenerasi pemain muda agar fondasi timnas kembali kokoh.
Apapun keputusannya, satu hal pasti: publik menuntut transparansi, arah yang jelas, dan bukti nyata bahwa tim nasional Indonesia masih berada di jalur pembangunan yang benar.
Seruan #KluivertOut dan kerinduan terhadap Shin Tae-yong sesungguhnya mencerminkan hal yang sama: cinta dan kepedulian publik terhadap sepak bola Indonesia.
Kegagalan menuju Piala Dunia 2026 memang menyakitkan, tetapi justru dari kegagalan itu, evaluasi besar harus dilakukan—bukan hanya terhadap pelatih, melainkan juga sistem pembinaan dan manajemen sepak bola nasional secara keseluruhan.
Karena pada akhirnya, seperti halnya semangat Garuda, cinta suporter Indonesia tak pernah benar-benar padam.