Menguji Terobosan Purbaya: Mampukah Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Tercapai dari LPS ke Kemenkeu

Purbaya Yudhi Sadewa, Menteri Keuangan Indonesia -Foto : ANTARA-
Tetapi bila ia gagal, optimisme delapan persen hanya akan jadi narasi kosong yang membebani rakyat dengan utang baru.
Forum Great Lecture menunjukkan satu hal bahwa Purbaya sudah mulai menggalang dukungan politik, ia populer.
Akademisi, pejabat, anggota DPR, hadir ingin mendengar terobosannya. Publik pun dibuatnya penasaran.
Namun, dukungan politik hanya modal awal. Ujian sejati ada pada kepercayaan pasar keuangan, dan yang lebih penting, pada rakyat kecil yang ingin merasakan harga beras terjangkau, peluang kerja terbuka, dan usaha mereka mendapat pembiayaan.
Optimisme Purbaya bisa menjadi energi penting bagi bangsa ini. Namun, energi itu hanya akan bermakna bila diterjemahkan menjadi kebijakan yang pro-rakyat.
Pertumbuhan delapan persen tidak ada artinya bila ketimpangan tetap melebar.
Sejarah akan menilai Purbaya bukan dari janji, melainkan dari seberapa jauh ia mampu menjadikan pertumbuhan itu adil, merata, dan berkelanjutan.
Sorotan publik yang menandai arah baru pengelolaan fiskal di tengah tantangan menjaga disiplin anggaran, mengendalikan defisit, serta memastikan pembiayaan pembangunan berkelanjutan, menjadi pertaruhan baginya.
Sejumlah kalangan pun urun rembug, Purbaya dinilai harus segera fokus pada reformasi internal Kemenkeu, mulai dari peningkatan transparansi dan partisipasi publik dalam APBN, reformasi tunjangan kinerja, pembersihan rangkap jabatan di BUMN, hingga percepatan pemisahan badan pendapatan dari Kemenkeu.
Di sisi lain, peningkatan kinerja Kementerian Keuangan juga menjadi PR besar bagi Purbaya.
Ia dituntut memastikan pertumbuhan ekonomi lebih inklusif, mereformasi sistem perpajakan dan PNBP, serta menjaga efisiensi anggaran agar tidak hanya sebatas jargon.
Tantangan lain mencakup pengawasan ketat pada program prioritas pemerintah, keberpihakan pada fiskal daerah, hingga disiplin dalam menjaga defisit dan utang negara.
Dengan beban utang yang terus meningkat serta alokasi anggaran yang cenderung tersentralisasi di pusat, keberhasilan Purbaya akan ditentukan oleh kemampuannya menyeimbangkan kebijakan ekspansif dengan keberlanjutan fiskal jangka panjang.(ant)