Cegah Beras Turun Mutu dan Momentum Perbaikan Tata Kelola Pangan

Ilustrasi-Foto : ANTARA-
BACA JUGA:DPR RI Segera Tuntaskan RUU Kepariwisataan, Anggaran Promosi Pariwisata Diminta Ditambah
Ketika penyimpanan dilakukan tanpa standar yang ketat, beras bisa menjadi basi, berbau tidak sedap, keras, atau bahkan kehilangan kandungan gizinya.
Untuk menjaga kualitas beras, dibutuhkan strategi penyimpanan yang tepat. Penyimpanan di tempat kering dengan kelembaban rendah menjadi kunci utama untuk mencegah pertumbuhan jamur dan serangan hama.
Selain itu, penggunaan wadah kedap udara membantu menjaga kestabilan kualitas dan mencegah kelembaban berlebih. Gudang penyimpanan sebaiknya dijauhkan dari paparan sinar matahari langsung dan memiliki suhu stabil pada kisaran 15–25 derajat celcius.
Kebersihan tempat penyimpanan juga perlu menjadi prioritas, karena debu, kotoran, dan sisa serangga dapat menjadi pemicu utama penurunan mutu.
Teknologi sederhana seperti penggunaan bahan penyerap kelembaban, misalnya silica gel, juga dapat membantu menjaga kualitas beras lebih lama.
Pemeriksaan berkala atas kondisi stok menjadi langkah yang tak kalah penting untuk mencegah kerusakan lebih parah.
Di sisi lain, penyerapan gabah dengan kualitas apa pun atau istilahnya any quality menjadi tantangan tersendiri.
Praktik ini kerap dilakukan untuk mengejar target serapan, tetapi tanpa standar kualitas yang ketat, risiko terjadinya beras turun mutu semakin besar.
Jika gabah yang diserap tidak memenuhi standar, hasil olahan beras juga akan cenderung berkualitas rendah.
Proses pengolahan yang tidak optimal, seperti pengeringan dan penggilingan yang kurang baik, akan memperburuk masalah ini.
Karena itu, penting bagi Bulog dan pemangku kepentingan lainnya untuk menetapkan standar kualitas gabah secara tegas agar mutu beras terjaga sejak dari hulu.
Meski menghadapi tantangan besar, kondisi beras turun mutu bukan berarti tidak bisa dimanfaatkan.
Ada berbagai alternatif pemanfaatan yang bisa dilakukan untuk meminimalkan kerugian.
Beras kualitas rendah dapat diolah menjadi produk pangan turunan seperti kue, roti, atau biskuit.