Lindungi Pemuda dari Asap Rokok : Menuju Indonesia Emas 2045

Ilustrasi -Foto : ANTARA-
Rokok menurunkan daya pikir, merusak kesehatan, dan menyedot pengeluaran yang seharusnya dialokasikan untuk pendidikan, gizi, dan pengembangan diri. Beban ini tidak hanya dirasakan individu, tapi juga negara.
Menteri Kesehatan, bahkan menyatakan bahwa biaya pengobatan akibat penyakit yang ditimbulkan rokok jauh melampaui pendapatan dari Bea Cukai.
Permainan ini belum selesai.
Pemerintah masih punya kesempatan untuk menyusun strategi.
Sudah saatnya peran pemuda dikembalikan ke posisi yang semestinya, yaitu bukan sebagai target pasar, tapi sebagai penggerak perubahan dan penjaga masa depan bangsa.
Negara memiliki kewajiban untuk menyediakan ruang tumbuh yang sehat bagi generasi muda, dan itu dimulai dari keberpihakan dalam kebijakan publik.
Hadirnya PP No. 28 Tahun 2024 sebagai turunan dari UU No. 17 Tahun 2023 merupakan langkah awal yang penting.
Diperlukan pengawasan yang ketat, penegakan aturan yang adaptif, serta keberanian menutup semua celah yang dimanfaatkan industri, terutama di ruang digital yang kini menjadi medan utama promosi.
Kenaikan cukai rokok, pelarangan iklan dan promosi, serta pembatasan sponsor dalam kegiatan anak muda, bukan hanya soal pengendalian konsumsi, tetapi strategi untuk mematahkan langkah-langkah agresif lawan.
Seperti dalam catur, langkah-langkah ini ibarat kuda, menteri, dan benteng, yaitu alat pertahanan, sekaligus serangan untuk menjaga bidak tetap hidup dan bertumbuh.
Banyak negara telah membuktikan bahwa strategi ini bisa berhasil.
Di Australia, harga sebungkus rokok bisa menembus lebih dari Rp400.000 berkat kebijakan cukai yang progresif dan konsisten. Inggris, Selandia Baru, dan Kanada juga mengambil pendekatan serupa.
Mereka tidak hanya menaikkan harga, tetapi juga menutup ruang promosi, menstandardisasi kemasan, dan memutus koneksi antara rokok dan gaya hidup anak muda.
Hasilnya nyata: prevalensi merokok menurun signifikan, dan generasi muda tumbuh dalam lingkungan yang tidak lagi menormalisasi rokok.
Mereka memilih berani melawan industri dan menang.