Generasi Z Jangan Memilih Pemimpin hanya karena Jatuh Cinta
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asyari (tengah) memimpin upacara pelantikan anggota KPU Kabupaten/Kota yang baru di Gedung KPU. --Foto: Antara
Hal ini menunjukkan bahwa kampanye di ruang digital menjadi aspek penting dalam pesta demokrasi kali ini. Tim pemenangan adu strategi dan kreativitas agar dapat menjangkau algoritma pemilih. Celakanya, algoritma yang merupakan hasil umpan balik dari apa yang disukai atau dikomentari, akan mereferensikan segala hal yang berkaitan dengan aktivitas yang mereka lakukan sebelumnya. Baik itu like, comment, share atau bahkan search.
Tentu saja, aliran informasi yang sejenis tersebut kurang baik bagi demokrasi karena dikhawatirkan akan menciptakan polarisasi dan berkurangnya gagasan di ruang publik.
BACA JUGA:Pengamat Ingatkan Semua Pihak Jaga Situasi Kondusif
BACA JUGA:Tiga Pasangan Calon Kampanye Akbar di Pulau Jawa
Kondisi ini kurang baik bagi generasi Z, yang mungkin saja belum terlalu berpengalaman dalam pesta demokrasi. Beda halnya, dengan generasi milenial yang sudah berkali-kali merasakan geliat pesta demokrasi.
Apa yang dikhawatirkan adalah generasi Z tersebut menjadi pemilih yang cenderung emosional dan mengesampingkan rasionalitas. Idealnya, seorang pemilih menggunakan haknya dengan mengedepankan rasionalitas. (ant)