Di Balik Eksotisme Tebat Lampung : Tersimpan Kearifan Lokal yang Terus Lestari !

Di Balik Eksotisme Tebat Lampung : Tersimpan Kearifan Lokal yang Terus Lestari !-Foto : Istimewa-
Melihat potensi luar biasa dari tradisi dan alam yang dimiliki, Pemerintah Desa Gedung Agung aktif mendorong pelestarian Nangguk Bersama sebagai warisan budaya lokal.
Kepala desa dan perangkatnya menjadikan kegiatan ini sebagai bagian dari program wisata desa dan agenda kebudayaan tahunan.
Dengan dukungan dan kolaborasi lintas elemen, termasuk tokoh adat, pemuda, dan kelompok ibu-ibu, Tebat Lempaung kini menjadi ikon kebanggaan masyarakat.
Bahkan sudah mulai menarik kunjungan dari wisatawan lokal hingga penggiat budaya yang penasaran ingin menyaksikan langsung kehidupan desa yang masih lestari.
“Ini bukan sekadar menangkap ikan. Nangguk Bersama adalah bentuk cinta masyarakat terhadap tradisi, terhadap tanah leluhur, dan terhadap kebersamaan,” ujar salah satu tokoh masyarakat desa saat diwawancarai.
Di era ketika banyak desa kehilangan jati dirinya akibat arus modernisasi yang terlalu cepat, Gedung Agung memilih jalan yang berbeda.
Mereka membangun desa tanpa harus melupakan akar budaya. Nangguk Bersama menjadi simbol persatuan, rasa syukur, dan keberlanjutan tiga hal yang kini jarang ditemukan secara utuh di banyak tempat.
Tradisi ini tidak hanya menghidupkan kembali ruang publik desa, tapi juga memperkuat nilai-nilai gotong royong yang selama ini menjadi ciri khas masyarakat Sumatra Selatan, khususnya eks Marga Tembelang Gedung Agung.
Keberlanjutan kegiatan Nangguk Bersama kini menjadi tanggung jawab bersama — bukan hanya pemerintah desa, tapi seluruh warga.
Kesadaran ini terus ditanamkan, terutama kepada generasi muda.
Di setiap penyelenggaraan, anak-anak diajak ikut serta, bukan hanya untuk membantu, tapi juga untuk memahami bahwa apa yang mereka warisi bukan sekadar budaya, melainkan cara hidup yang menjunjung nilai kebersamaan dan harmoni dengan alam.
Dengan menjaga Tebat Lempaung dan melestarikan Nangguk Bersama, masyarakat Desa Gedung Agung telah menunjukkan bahwa membangun desa tidak harus berarti meninggalkan budaya.
Justru, dari desa yang kuat budaya dan alamnya, masa depan yang berkelanjutan bisa dibangun.
Tebat Lempaung dan Nangguk Bersama bukan sekadar potret desa yang lestari.
Ia adalah cerita tentang harapan, tentang bagaimana masyarakat lokal bisa menjadi agen pelestari budaya dan lingkungan secara mandiri.