Skandal Beras Oplosan: 212 Produsen Diperiksa, Mentan Tuntut Proses Hukum Tegas

Stok beras yang ada di Gudang Bulog-Foto : ANTARA-

Penting untuk seluruh pelaku usaha beras mematuhi regulasi, karena sektor pangan menyangkut hajat hidup 286 juta rakyat Indonesia, kata Amran, menekankan.

"Kepada saudara-saudara yang lain, pengusaha beras seluruh Indonesia, jangan melakukan hal serupa. Tolong menjual beras sesuai standar yang sudah ditentukan," katanya.

BACA JUGA:Dahlan Iskan Difitnah ? Kuasa Hukum Ungkap Fakta Sebenarnya Begini !

BACA JUGA:Lindungi Hak Warga, 10 Poin Revisi RUU KUHAP

Sementara itu, Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Selatan (Sumsel) memastikan distribusi besar di wilayah setempat masih aman terkait adanya laporan Menteri Pertanian ke Satgas Pangan Polri mengenai beredarnya beras premium oplosan di sejumlah daerah Tanah Air.

Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Pol Nandang Mu'min Wijaya di Palembang, Selasa, mengatakan pihaknya memastikan distribusi beras di Sumsel masih berada dalam kendali yang aman dan tidak ditemukan indikasi penipuan massal terhadap konsumen.

“Sumsel tetap aman. Tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa masyarakat menjadi korban beras premium oplosan," katanya.

Ia menjelaskan dalam mengantisipasi peredaran beras premium oplosan, Direktorat Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Sumsel telah menerima petunjuk dan arahan (jukrah) dari Bareskrim untuk memperketat pengawasan di wilayah masing-masing.

"Ditreskrimsus telah memberikan jukrah kepada jajaran di wilayah untuk melakukan pengawasan dan memantau perkembangan. Saat ini, kondisi di Sumsel masih dalam keadaan kondusif," jelasnya.

Polda Sumsel juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan melaporkan jika menemukan adanya indikasi beras dengan takaran tidak sesuai atau kualitas di bawah standar.

Sebelumnya, Satgas Pangan Polri telah menindaklanjuti laporan Kementerian Pertanian (Kementan) terkait laporan dugaan adanya 212 produsen beras nakal.

Tindak lanjut itu dengan memeriksa empat produsen beras pada Kamis (10/7) sebagai langkah penyelidikan. Empat produsen beras itu berinisial WG, FSTJ, BPR, dan SUL/JG.

Di sisi lain, Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia Khudori mengatakan pemerintah perlu menyesuaikan harga eceran tertinggi (HET) beras di pasaran, menyusul kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah di tingkat petani menjadi Rp6.500 per kg.

Dalam sebuah diskusi yang digelar Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) di Jakarta, Senin, Khurori menyebut penyesuaian HET sangat penting untuk menyeimbangkan insentif di seluruh rantai pasok dan menstabilkan harga beras sebagai komoditas pokok.

Menurut Khudori, ada ketidakseimbangan antara HPP gabah yang telah naik dan HET beras medium yang hanya mengalami sedikit kenaikan, jauh di bawah proporsi kenaikan harga gabah sebagai bahan bakunya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan