Pengemudi Ojol Menjerit

Pengemudi ojek online menjerit karena aplikasi ojol memberlakukan potongan hingga 30 persen dari tarif perjalanan. foto: Istimewa--

KORANPALPOS.COM - Ribuan pengemudi ojek online (ojol) di berbagai daerah di Indonesia tengah menghadapi tekanan yang sangat berat. 

Di tengah beban ekonomi yang terus meningkat, mereka harus menerima kenyataan pahit bahwa perusahaan aplikasi tempat mereka bergantung justru memberlakukan potongan yang dinilai mencekik, bahkan mencapai 30 persen dari tarif perjalanan.

Kondisi ini tak hanya menurunkan penghasilan mereka secara signifikan, tetapi juga menimbulkan gelombang protes dan desakan untuk adanya perubahan kebijakan yang lebih adil. 

Para pengemudi yang dulunya menganggap kemitraan dengan aplikasi adalah peluang ekonomi, kini merasa seperti "diperas habis-habisan".

BACA JUGA:Uji Coba Budi Daya Padi Apung

BACA JUGA:Air Mata Ruth Sahanaya Iringi Lagu ‘Rencana Bukan Bencana’

Sejak awal kemunculannya, layanan ojek online menjadi solusi mobilitas masyarakat urban. 

Sistem kemitraan antara pengemudi dan perusahaan aplikasi dinilai saling menguntungkan.

Namun belakangan, ketimpangan mulai terasa. 

Potongan yang awalnya diklaim hanya berkisar 10 hingga 20 persen, kini merangkak naik hingga menyentuh angka 30 persen.

BACA JUGA:Bantu Tingkatkan Kualitas Hunian Lansia

BACA JUGA:Cabut 4 Izin Tambang Nikel

Kenaikan ini dirasakan sangat membebani, terlebih ketika harga BBM fluktuatif, biaya perawatan kendaraan meningkat, dan kebutuhan hidup sehari-hari terus naik.

“Dulu, potongan dari perusahaan masih bisa ditoleransi. Tapi sekarang? Dari tarif Rp10.000, kami cuma bawa pulang Rp7.000. Itu belum bensin, belum makan,” ungkap Ardi (35), pengemudi ojol asal Jakarta.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan