Kue Sajlu Cita Rasa Tradisional yang Kian Langka Namun Tetap Dicari Pecinta Kuliner

Kue tradisional berbahan tepung ketan, kelapa parut, dan gula merah ini siap membawa kamu bernostalgia ke masa kecil-foto:Istimewa-
BACA JUGA:Gulai Tebu Telur Kuliner Unik yang Menggugah Selera dari Sumatera Barat
Tepung ketan dicampur dengan air kelapa dan sedikit garam, kemudian diisi dengan unti kelapa (campuran kelapa parut dan gula merah yang dimasak).
Setelah itu, adonan dibungkus dengan daun pisang lalu dikukus hingga matang.
Meski semakin langka, kehadiran media sosial dan tren kuliner tradisional membuat kue Sajlu kembali menarik perhatian.
Banyak food blogger dan kreator konten kuliner yang mempromosikan kue ini sebagai bagian dari kekayaan budaya Nusantara.
Bahkan, beberapa UMKM mulai memproduksi dan menjual kue Sajlu secara daring melalui marketplace dan media sosial.
Salah satu penjual kue Sajlu, Ibu Rina (45), mengatakan bahwa permintaan kue Sajlu meningkat menjelang hari-hari besar seperti Idul Fitri dan pernikahan adat.
“Banyak orang yang kangen dengan rasa kue tradisional. Sajlu ini punya rasa unik yang tidak bisa digantikan oleh kue modern,” ujarnya.
Selain enak, kue Sajlu juga mengandung nilai gizi yang cukup baik.
Tepung ketan mengandung karbohidrat kompleks yang memberikan energi, sementara kelapa dan gula merah mengandung serat serta mineral seperti zat besi dan magnesium.
Namun, karena mengandung gula dalam jumlah cukup tinggi, konsumsinya tetap harus dibatasi, terutama bagi penderita diabetes.
Pelestarian kue Sajlu kini menjadi perhatian beberapa komunitas kuliner dan pemerintah daerah.
Melalui pelatihan membuat kue tradisional, lomba kuliner daerah, dan promosi melalui festival makanan, diharapkan generasi muda mengenal dan mencintai kembali makanan khas leluhur mereka.
Dosen antropologi kuliner dari salah satu universitas di Yogyakarta, Dr. Mulyani, menyebutkan bahwa kue Sajlu adalah warisan budaya yang harus dijaga.
“Kuliner bukan hanya soal rasa, tapi juga soal identitas. Menjaga kue Sajlu berarti menjaga cerita dan sejarah masyarakat kita,” katanya.