Pengamat: Debat Keempat Jadi Antitesis Simbolisme Jokowi

Pengamat politik yang juga pengajar Ilmu Komunikasi Politik dan Teori Kritis pada Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Mikhael Rajamuda Bataona -Foto: Istimewa-

Filosofi yang dimaksud yaitu Lamun siro banter ojo ndhisiki, meskipun kamu cepat jangan suka mendahului dan yang ketiga Lamun siro pinter ojo minteri, meskipun kamu pintar jangan sok pintar.

Dengan mengingkari ajaran ayahnya, Gibran jelas merugikan dirinya sendiri dan tim no 2.

BACA JUGA:Jelas ! Maruarar Sirait Nyatakan Dukung Prabowo-Gibran

BACA JUGA:Supriono Ungkap Keseriusan Pemerintah Memajukan Sektor Ekonomi Kreatif dan UMKM

Banyak tone negatif yang diberikan penonton kepada Gibran karena bagaimanapun juga, menyerang gagasan, ide dan isi pemikiran lawan debat atau ad argumentum itu diperbolehkan dan bahkan diharuskan dalam sebuah debat.

Tetapi menyerang pribadi atau ad homminem, tidak diperbolehkan dalam debat.

Faktanya, berkali-kali publik menilai bahwa Gibran seolah-olah merendahkan dua pasangan calon yang lain. Artinya dia justru menjadi antitesis dari ajaran dan filosofi hidup ayahnya, kata Mikhael Bataona.

Dalam debat yang levelnya paling tinggi di republik ini yaitu debat untuk mengukur kemampuan para calon pemimpin negara, menurut saya, publik tidak suka menyaksikan adanya upaya merendahkan dan menyerang pribadi tetapi itu yang terjadi.

Inilah yang sangat disayangkan banyak pihak.

Akhirnya, debat yang awalnya berjalan bagus, menjadi antiklimaks.

"Karena debat ini disaksikan secara telanjang oleh publik maka bisa dikatakan bahwa Gibran dan timnya gagal memaksimalkan debat semalam untuk menaikkan elektabilitas Prabowo-Gibran yang mulai stagnan alias mandek," katanya.

Jika saja Gibran tampil elegan, sportif dan bernas, pasti bisa mempengaruhi para undecided voters dan floating mass atau massa mengambang yang belum memutuskan pilihannya.

"Jadi inilah kesalahan strategi Tim Prabowo-Gibran yang tidak menasehati Gibran untuk tampil elegan dan boleh menyerang tapi  menyerang ide dan gagasan, bukan merendahkan dan menyerang pribadi lawan debat," katanya.

"Jadi, dalam analisis saya, kecerdikan Gibran menyerang Mahfud dan Muhaimin lewat atraksi-atraksi dan gimmick juga pernyataan verbalnya, hanya berkontribusi positif pada makin menebalnya pilihan para pendukung Prabowo-Gibran," katanya.

Pendukung 02 makin fanatik dan bersukacita dengan penampilan Gibran semalam.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan