Tape Singkong untuk Penderita Maag, Aman atau Harus Dihindari?

Tape Singkong untuk Penderita Maag, Aman atau Harus Dihindari?-foto : tangkapan layar ig,--
KESEHATAN, KORANPALPOS.COM - Tape singkong, makanan hasil fermentasi dari singkong ini memiliki rasa manis dan sedikit asam yang khas.
Di berbagai daerah di Indonesia, tape menjadi camilan tradisional yang digemari.
Namun, muncul pertanyaan di kalangan masyarakat khususnya penderita maag apakah tape aman dikonsumsi atau justru bisa memperparah kondisi lambung?
Maag atau dispepsia merupakan gangguan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan rasa nyeri atau tidak nyaman di ulu hati, perut kembung dan sering bersendawa.
BACA JUGA:Sup Asparagus: Sajian Hangat Penuh Gizi yang Semakin Digemari Masyarakat
BACA JUGA:Obati Wasir dan Redakan Sakit Kepala dengan Tanaman Sansevieria
Penyebabnya bisa beragam mulai dari stres, pola makan yang tidak teratur hingga infeksi bakteri Helicobacter pylori.
Dalam pengelolaan penyakit maag penting untuk memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi agar tidak memicu kambuhnya gejala.
Tape singkong diketahui mengandung probiotik hasil dari proses fermentasi yang dalam beberapa kasus justru dapat membantu menjaga kesehatan pencernaan.
Kandungan bakteri baik ini bermanfaat untuk menyeimbangkan flora usus.
BACA JUGA:Cegah Penyakit Alzheimer dan Demensia dengan Daun Pegagan
BACA JUGA:Redakan Nyeri Disentri dan Diare dengan Kemiri
Namun, tape juga mengandung alkohol alami dan asam organik seperti asam asetat yang muncul selama proses fermentasi.
Menurut salah seorang ahli gizi, tape bisa menjadi pedang bermata dua bagi penderita maag.
“Di satu sisi, kandungan probiotiknya bermanfaat. Tapi di sisi lain, keasaman dan kandungan alkohol ringan dari tape bisa memicu iritasi pada lambung yang sensitif,” jelasnya.
Penderita maag yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap makanan asam atau yang sedang mengalami fase akut sangat disarankan untuk menghindari tape.
BACA JUGA:ZeroStunting : Inovasi Kecerdasan Buatan untuk Perangi Malnutrisi Anak !
BACA JUGA:Kontroversi Ketan dan Maag: Benarkah Harus Dihindari oleh Penderitanya?