Harga Emas Antam 11 Mei 2025 : Masih Stabil di Angka Rp 1,928 Juta !

Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) terpantau stabil pada perdagangan Minggu, 11 Mei 2025, menjelang libur Hari Raya Waisak-Foto : Dokumen Palpos-
Perlu dicatat, harga emas tersebut berlaku di Butik Emas LM Antam dan dapat sedikit berbeda di lokasi penjualan lain karena faktor distribusi dan margin toko.
Antam memberikan insentif potongan pajak kepada pembeli yang menyertakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Jika pembeli mencantumkan NPWP, maka tarif PPh 22 yang dikenakan hanya 0,45% dari nilai transaksi. Jika tidak mencantumkan NPWP, tarif pajak akan lebih tinggi, yakni 0,9%.
Selain itu, bagi penjual emas ke Antam, perlu diperhatikan bahwa PPh 22 juga dikenakan apabila nilai penjualan melebihi Rp 10 juta dalam satu transaksi.
Ketentuan ini penting bagi investor emas skala besar maupun mereka yang menjadikan emas sebagai sarana lindung nilai (hedging) terhadap inflasi.
Sementara itu, dari pasar global, harga emas spot terakhir diperdagangkan di level USD 3.336,84 per ounce, naik lebih dari 3% dibandingkan posisi Jumat pekan lalu.
Harga ini merupakan hasil dari rebound yang cukup kuat setelah sebelumnya sempat turun ke level support USD 3.200 per ounce.
Menurut laporan Kitco dan CNBC, selama sepekan terakhir harga emas spot mengalami kenaikan sekitar 3,1%.
Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup naik 1,1% ke posisi USD 3.344 per ounce.
Kenaikan ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk kekhawatiran terhadap ketegangan geopolitik di beberapa wilayah, serta masih tingginya inflasi global.
Namun demikian, sejumlah analis memperkirakan harga emas dunia berpotensi melemah dalam waktu dekat.
Faktor utama yang menjadi perhatian adalah kemungkinan penyesuaian suku bunga oleh The Fed jika data tenaga kerja dan inflasi di AS kembali menunjukkan penguatan.
Analis dari Commerzbank menyebutkan bahwa emas bisa kembali terkoreksi ke level USD 3.200 per ounce jika pasar mulai mengantisipasi kenaikan suku bunga lanjutan oleh bank sentral AS.
Hal ini karena emas tidak memberikan imbal hasil, sehingga kenaikan suku bunga membuat instrumen lain seperti obligasi menjadi lebih menarik dibanding logam mulia.
Kendati menghadapi tekanan jangka pendek, emas tetap menjadi instrumen investasi yang menarik bagi investor konservatif.