Hanya 11 Persen Pasien Terdiagnosis : HMHI Soroti Kesenjangan Penanganan Hemofilia di Indonesia !

Petugas PMI menunjukkan kantong darah pendonor.-Foto : ANTARA -
HMHI juga bekerja sama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia (PHTDI) untuk memberikan pelatihan kepada dokter umum dan bidan di puskesmas agar bisa lebih peka terhadap gejala gangguan pembekuan darah, terutama pada anak-anak dan perempuan muda.
“Jika tenaga medis di garda terdepan bisa mengidentifikasi gejala sejak awal, maka pasien bisa dirujuk lebih cepat dan mendapatkan terapi yang tepat sebelum terjadi komplikasi,” kata Novie.
Hari Hemofilia Sedunia tahun ini bukan hanya momentum perayaan, tetapi juga menjadi pengingat bahwa akses terhadap layanan kesehatan adalah hak setiap warga negara, tanpa diskriminasi usia dan gender.
Dengan kesadaran yang lebih tinggi, dukungan teknologi, dan kolaborasi lintas sektor, diharapkan tidak ada lagi pasien yang tertinggal dalam pengobatan.
“Kami percaya bahwa masa depan pengelolaan hemofilia akan lebih cerah jika dimulai dengan pemerataan akses hari ini. Tidak boleh ada lagi anak yang menderita sendirian karena keterlambatan diagnosis, atau perempuan yang diabaikan karena dianggap hanya pembawa gen,” tutup Novie.(ant)