Tradisi Lebaran di Lubuklinggau: Sanjo dan Nyekar, Warisan Budaya yang Terus Dilestarikan

Warga Kota Lubuklinggau yang memanfaatkan moment lebaran untuk berkumpul bersama keluarga dan berziarah ke makam orang tua, saudara dan kerabat mereka.-Foto : Maryati-

Tradisi ini bertujuan untuk mendoakan keluarga yang telah berpulang serta mengingatkan diri bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda:

BACA JUGA:Tebar Kebaikan di Akhir Ramadan : Lapas Muara Enim Kembali Bagikan Bansos !

BACA JUGA:Pastikan Kesiapan Personel : Kapolres Prabumulih Cek Pos Pelayanan !

"Dulu aku melarang kalian berziarah kubur, sekarang berziarahlah, karena sesungguhnya ziarah kubur dapat mengingatkan kalian kepada akhirat." (HR. Muslim)

Masyarakat percaya bahwa nyekar bukan hanya bentuk penghormatan kepada leluhur, tetapi juga sebagai pengingat agar lebih mempersiapkan diri menghadapi kehidupan akhirat. 

Dengan menaburkan bunga dan memanjatkan doa di makam, mereka berharap mendapatkan berkah serta memperkuat keimanan.

Pelestarian Tradisi sebagai Cerminan Identitas Budaya Tradisi sanjo dan nyekar telah menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat Lubuklinggau yang diwariskan secara turun-temurun. 

BACA JUGA:Waspada ! Jalur Mudik 3 Kecamatan di OKU Rawan Longsor

BACA JUGA:Dishub OKU Siapkan Pengawalan Takbiran Keliling

Kedua tradisi ini tidak hanya mempererat hubungan sosial, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keagamaan yang kuat di tengah masyarakat.

Dengan terus melestarikan tradisi ini, masyarakat Lubuklinggau menunjukkan bahwa Idulfitri bukan hanya soal perayaan, tetapi juga tentang memperkuat hubungan antarsesama dan meningkatkan kesadaran akan kehidupan setelah kematian. 

Semoga tradisi ini tetap lestari dan memberikan manfaat bagi generasi mendatang.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan