Tradisi Lebaran di Lubuklinggau: Sanjo dan Nyekar, Warisan Budaya yang Terus Dilestarikan

Warga Kota Lubuklinggau yang memanfaatkan moment lebaran untuk berkumpul bersama keluarga dan berziarah ke makam orang tua, saudara dan kerabat mereka.-Foto : Maryati-
KORANPALPOS.COM – Perayaan Idulfitri 1446 Hijriah di Kota Lubuklinggau bukan hanya sekadar momen kemenangan setelah sebulan berpuasa, tetapi juga menjadi ajang mempererat tali silaturahmi dan mengenang leluhur yang telah berpulang.
Dua tradisi turun-temurun yang tetap lestari hingga kini adalah sanjo atau silaturahmi ke rumah keluarga dan tetangga serta nyekar atau ziarah kubur ke makam orang tua dan kerabat dekat.
Sanjo: Menjaga Keharmonisan dan Mempererat Silaturahmi
Sanjo merupakan tradisi yang sudah mendarah daging di masyarakat Lubuklinggau. Pada hari pertama dan kedua Idulfitri, warga berbondong-bondong mengunjungi rumah sanak saudara, tetangga, dan sahabat untuk saling bermaafan.
BACA JUGA:Open House Perdana, Rumdin Bupati OKI Ramai Didatangi Warga Saat Lebaran
BACA JUGA:Sholat Idul Fitri 1446 H di Lapas Kayu Agung Penuh Khidmat dan Kebersamaan
Kebiasaan ini tidak hanya menjaga hubungan keluarga tetap harmonis, tetapi juga mempererat ikatan sosial di lingkungan masyarakat.
Dalam Islam, silaturahmi sangat dianjurkan sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis, yang artinya :
"Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menjadi motivasi bagi masyarakat Lubuklinggau untuk terus menjaga tradisi sanjo sebagai bagian dari ajaran Islam yang penuh berkah.
BACA JUGA:Buka Puasa Bersama Forkopimda, TNI-Polri, dan Tokoh Agama, HD: Penting Menjaga Ukhuwah dan Keakraban
BACA JUGA:Waspada Modus Peretasan Melalui APK !
Ziarah Kubur/Nyekar: Mengingat Kematian dan Mendoakan Leluhur
Selain sanjo, masyarakat Lubuklinggau juga memiliki tradisi nyekar, yaitu ziarah kubur yang biasanya dilakukan sebelum hari H Idul Fitri atau setelah sholat Idulfitri.