Jaga Kesehatan Mental dengan Keseimbangan Porsi Kerja

Siswa menempelkan kertas bertuliskan harapannya pada kegiatan Mendengar Jiwa di SMAN 95 Jakarta, Kalideres, Jakarta, Kamis (13/2/2025).-Foto: ANTARA-
KORANPALPOS.COM - Menjaga kesehatan mental di tengah kesibukan pekerjaan sangatlah penting, dan hal ini dapat dilakukan dengan memberikan keseimbangan antara porsi kerja, interaksi sosial, serta pola hidup yang harmonis.
Menurut Psikolog Klinis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya Kota Denpasar, Bali, Nena Mawar Sari, salah satu cara untuk menjaga kesehatan mental adalah dengan mengatur jam kerja yang realistis, menjaga batasan, serta membentuk rutinitas hidup yang seimbang.
“Dengan memberikan keseimbangan dalam porsi, seperti jam kerja yang sehat, waktu berkualitas dengan keluarga, serta pola hidup yang terjaga, kita dapat menciptakan keselarasan dalam kehidupan,” ujar Nena dalam wawancara dengan ANTARA, Jumat lalu.
Nena yang juga berpraktik di Klinik Bali Psikologi ini menyarankan agar perusahaan mulai memperhatikan kesehatan mental pekerjanya.
BACA JUGA:Khasiat Daun Seledri, Terbukti untuk Penyembuhan Penyakit Ginjal !
BACA JUGA:Buah Sukun: Sumber Karbohidrat Alternatif yang Kaya Manfaat
Salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan mengadakan sesi berbagi (sharing session) dengan menghadirkan psikolog sebagai bentuk dukungan terhadap kesejahteraan mental para pekerja.
“Perusahaan perlu memperhatikan budaya kerja yang memiliki tekanan tinggi atau lingkungan yang tidak mendukung, yang bisa berpengaruh negatif terhadap kesehatan mental karyawan,” kata Nena.
Di sisi individu, ia menyarankan agar pekerja mampu menetapkan batasan yang jelas dengan rekan atau atasan kerja.
Menurutnya, relasi yang tidak sehat atau yang berpotensi menyebabkan stres harus diatur dengan bijak, dan sikap asertif sangat diperlukan dalam konteks ini.
BACA JUGA:Kiat Tetap Sehat Selama Berpuasa Ramadan dengan Menu Sederhana
BACA JUGA:Indonesia ke Semifinal BAMTC 2025 : Hadapi Tim Thailand !
"Setiap karyawan perlu berani mengatakan 'tidak' jika memang kapasitasnya sudah terbatas, tanpa merasa bersalah. Dengan cara ini, kita belajar mendengarkan tubuh dan pikiran kita," jelasnya.
Nena juga menjelaskan bahwa orang yang cenderung menjadi ‘people pleaser’ atau takut untuk mengungkapkan pendapat biasanya rentan terhadap stres.