Banjir Rendam Puluhan Rumah di Payuputat Prabumulih : Ketinggian Air Capai 1 Meter !

Air yang merendam permukiman warga di Kelurahan Payuputat Prabumulih, Sabtu, 11 Januari 2025.-Foto : Prabu Agustian-

“Lahat sama Muara Enim kan sudah banjir sejak beberapa hari ini. Nah, sekarang aek nyo (airnya) sampai ke sini dan meluap. Ini sangat mengganggu karena kami tidak bisa ke kebun,” jelas Ardiano.

Menanggapi laporan banjir tersebut, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Prabumulih, Sriyono, SH, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menerima informasi dan langsung mengirimkan tim ke lokasi terdampak.

BACA JUGA:Firmansyah Jabat Kasi Pidsus Kejari Muba

BACA JUGA:Isu Pencopotan Ketua RT/RW Mencuat : Ini Tanggapan Wakil Ketua DPRD Kota Prabumulih

“Sekitar 30 menit lalu kami mendapatkan laporan tentang banjir di Kelurahan Payuputat. Kami langsung menurunkan personel untuk memantau situasi di lapangan,” ujar Sriyono saat diwawancarai.

BPBD juga sedang berkoordinasi dengan pihak kelurahan untuk mendapatkan data pasti mengenai jumlah warga yang terdampak.

Namun, Sriyono mengakui bahwa upaya tersebut masih menemui kendala. “Kami masih mencoba menghubungi lurahnya, tetapi hingga sekarang belum berhasil tersambung,” ungkapnya.

Sriyono menjelaskan bahwa banjir yang terjadi di Payuputat disebabkan oleh meluapnya Sungai Lematang, yang menerima kiriman air dari wilayah hulu di Kabupaten Lahat dan Muara Enim.

BACA JUGA:Debit Air Sungai Lematang Meluap, 4 Desa Terendam Banjir

BACA JUGA:Diskon Listrik Awal Tahun 2025 : Ini Imbauan PLN ULP Prabumulih

Kedua wilayah tersebut telah dilanda hujan deras selama beberapa hari, sehingga volume air yang mengalir ke Sungai Lematang meningkat drastis.

“Wilayah Payuputat ini rawan banjir jika Sungai Lematang meluap. Ini memang air kiriman dari Lahat dan Muara Enim, yang dalam beberapa hari terakhir diguyur hujan lebat,” tambah Sriyono.

Banjir ini tidak hanya berdampak pada tempat tinggal warga, tetapi juga mengganggu perekonomian lokal.

Mayoritas warga di Payuputat bekerja sebagai petani karet, sehingga banjir yang merendam kebun mereka menjadi tantangan besar. Mereka kehilangan penghasilan harian akibat tidak bisa menyadap karet selama banjir berlangsung.

Selain itu, air yang menggenang meningkatkan risiko penyebaran penyakit seperti diare dan demam berdarah. Warga khawatir kondisi ini akan memburuk jika bantuan medis dan logistik tidak segera datang.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan