Tangan Tuhan di Balik Segelas Es Teh
Gus Miftah menjadi viral di sejumlah platform media lantaran ucapannya merendahkan pedagang es teh.-Foto: Istimewa-
Ketika keduanya diajak berbaris teratur, saat air berangsur berubah menjadi fase padat di bawah suhu 4 derajat Celcius, masing-masing molekul air ini malah mulai menjaga jarak dan tidak sudi berdekatan.
Akibatnya, kepadatan es justru 9 persen lebih rendah dibandingkan bentuk cairnya, sehingga ia mengapung.
BACA JUGA:Pemprov Sumsel Dorong ASN Berintegritas, Handal dan Profesional
BACA JUGA:Biaya Makan Bergizi Gratis Ditetapkan Rp10.000 : Berharap Ditinjau Ulang !
Padahal dalam kondisi normal atau dalam suhu ruangan, kedua unsur ini sangat rukun dan bisa berkongsi membentuk molekul paling stabil di Bumi, yaitu air.
Anomali inilah yang sebenarnya merupakan bentuk mukjizat yang menyelamatkan manusia dan seluruh makhluk hidup lain di Bumi ini.
Jika teori evolusi kimia menyebutkan bahwa kehidupan bermula dari laut, maka bayangkan apa yang akan terjadi jika es tidak mengapung di laut.
Pada Zaman Es atau Glacial Age, dimana lautan membeku, pembekuan akan terjadi dari permukaan sampai ke dasar laut.
Organisme sederhana dan jasad renik yang merupakan nenek moyang semua makhluk bernyawa akan langsung punah dan Bumi mungkin tidak akan dihuni siapapun.
Menyelamatkan Sunhaji
Mari kembali ke Sunhaji!
Pedagang es teh ini dipilih oleh Tuhan untuk diselamatkan melalui mukjizat es teh.
Sosok sederhana yang berjuang untuk menghidupi keluarga dengan berjualan es teh ini sempat tertimpa musibah, sebelum cuplikan kisahnya yang menyeret nama Gus Miftah mencuat ke permukaan.
Ia dikabarkan menjadi korban begal dan penipuan oleh pembeli.
Sebelum itu ia mengalami musibah yang lebih berat, yaitu cedera patah tulang yang memaksanya untuk beralih profesi dari seorang tukang kayu menjadi penjual es teh keliling.