Proyek Raksasa PLTU Sumsel-8 Terapkan Teknologi Superkritikal : Mendukung Keberlanjutan Lingkungan !

Pembangkit Listrik Tenaga Uap Mulut Tambang Sumsel-8 atau PLTU Tanjung Lalang. -FOTO : ANTARA-

BACA JUGA:Progres Proyek Raksasa Tol Laut di Indonesia : Begini Penjelasan Menteri Perhubungan !

Kedua teknologi ini membantu mengurangi dampak pencemaran udara yang dihasilkan dari proses pembakaran batu bara.

ESP digunakan untuk menangkap partikel debu gas buang atau sisa pembakaran batu bara. Menggunakan prinsip elektrostatis, ESP mampu menarik partikel debu sehingga tidak terlepas ke atmosfer.

Sementara itu, FGD berfungsi untuk menurunkan kadar sulfur dioksida (SO₂) dalam emisi gas buang.

BACA JUGA:Progres Proyek Raksasa Tol Laut di Indonesia : Begini Penjelasan Menteri Perhubungan !

BACA JUGA:Proyek Raksasa Senilai Rp22,16 Trilin di Sumatera Selatan Tuntas Awal 2025 : Membuka Peluang Investasi Baru !

Proses FGD melibatkan pencampuran emisi gas dengan bahan kapur basah (CaCO₃), yang mengikat sulfur dioksida dan mengubahnya menjadi senyawa yang lebih stabil.

“Dengan adanya FGD, kandungan sulfur dioksida yang dilepaskan ke atmosfer menjadi lebih rendah, sehingga menekan polusi udara,” tambah Dody.

Langkah-langkah pengendalian emisi yang diterapkan HBAP ini menunjukkan upaya serius untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat, sekaligus mendukung regulasi lingkungan yang berlaku di Indonesia.

Kombinasi teknologi superkritikal, ESP, dan FGD menjadi elemen penting dalam operasional PLTU Tanjung Lalang yang lebih hijau.

Selain pengendalian emisi, HBAP juga mengembangkan pemanfaatan fly ash dan bottom ash (FABA) atau abu sisa pembakaran batu bara sebagai bagian dari konsep ekonomi sirkular.

FABA yang dihasilkan PLTU Tanjung Lalang tidak hanya dibuang, tetapi dimanfaatkan kembali dalam berbagai sektor industri.

Saat ini, sebagian FABA telah digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan semen, yang berkontribusi pada pengurangan penggunaan sumber daya baru.

Pemanfaatan FABA juga mencakup bidang konstruksi dan pertanian. FABA dikembangkan menjadi bahan material bangunan, pencegah air asam tambang, hingga media tanam.

Pemanfaatan ini merupakan langkah penting dalam mendukung ekonomi sirkular, di mana limbah dari satu proses digunakan sebagai bahan baku dalam proses lain, sehingga memperpanjang siklus penggunaan material.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan