Update ! Kurs Rupiah 25 September 2024 : Menguat 80 Poin Menjadi Rp15.187 per Dolar AS

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi menguat signifikan sebesar 80 poin atau 0,53 persen-Foto : Dokumen Palpos-

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 9 September 2024 : Melemah 97 Poin Menjadi Rp15.378 per Dolar AS

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia (BCA) David Sumual menyebutkan bahwa penguatan rupiah ini juga dipengaruhi oleh aliran masuk dana asing ke pasar obligasi Indonesia.

"Pasar obligasi kita masih menjadi salah satu yang menarik bagi investor asing karena tingkat imbal hasilnya yang relatif tinggi dibandingkan negara-negara lain," ujar David.

Aliran modal asing yang masuk ke pasar modal Indonesia turut mendukung penguatan mata uang lokal.

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 6 September 2024 : Menguat 12 Poin Menjadi Rp15.389 per Dolar AS

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 5 September 2024 : Menguat 64 Poin Menjadi Rp15.416 per Dolar AS

Selain itu, data ekonomi Indonesia yang solid, seperti inflasi yang terkendali dan pertumbuhan ekonomi yang stabil, turut memberikan sentimen positif bagi nilai tukar rupiah.

Kondisi ini menunjukkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat, meskipun berada di tengah gejolak ekonomi global.

Kebijakan moneter AS melalui The Federal Reserve memainkan peran penting dalam pergerakan mata uang global, termasuk rupiah.

The Fed baru-baru ini memberikan sinyal bahwa mereka akan memperlambat laju kenaikan suku bunga, yang selama ini menjadi salah satu faktor yang menguatkan dolar AS terhadap berbagai mata uang.

Jika suku bunga AS ditahan atau bahkan dipangkas dalam beberapa waktu ke depan, hal ini dapat memberikan ruang bagi penguatan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

Selain itu, kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global juga turut mempengaruhi kebijakan bank sentral di berbagai negara.

Ketidakpastian terkait pertumbuhan ekonomi dunia akibat berbagai faktor, seperti perang dagang antara AS dan China, ketegangan geopolitik, serta risiko inflasi, membuat pasar cenderung mencari aset-aset yang lebih aman (safe haven) seperti dolar AS.

Namun, dengan adanya sinyal pelonggaran kebijakan The Fed, pasar menjadi lebih optimis terhadap prospek penguatan mata uang negara-negara berkembang.

Harga komoditas juga turut mempengaruhi nilai tukar rupiah. Sebagai negara yang banyak bergantung pada ekspor komoditas seperti minyak sawit, batu bara, dan karet, fluktuasi harga komoditas global akan berdampak langsung pada performa nilai tukar rupiah.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan