Hikmah Kehidupan: Saat Allah Menghendaki Kebaikan pada Diri Kita

Hikmah Kehidupan: Saat Allah Menghendaki Kebaikan pada Diri Kita. Fhoto : Tangkapan Layar Facebook Kumpulan Video Ustadz Khalid Basalamah--

KORANPALPOS.COM- Allah, dalam hikmah dan kasih sayang-Nya yang tak terbatas, memberikan tanda-tanda kebaikan kepada hamba-Nya yang dikehendaki-Nya.

Salah satu ulama besar, Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah, dalam kitabnya Al-Wabilush Shayyib menuturkan bahwa di antara tanda bahwa Allah menghendaki kebaikan pada seseorang adalah terbukanya pintu-pintu yang mempersiapkan hamba tersebut untuk semakin dekat kepada-Nya.

1. Merasa Lemah dan Tidak Berdaya di Hadapan Allah

Tanda pertama yang disebutkan Ibnul Qoyyim adalah bahwa Allah akan membukakan pintu perasaan rendah diri (dzul) dan ketidakberdayaan (inkisâr). Hamba yang Allah kehendaki kebaikan akan selalu merasa bergantung kepada Allah dan menyadari bahwa dirinya lemah tanpa pertolongan-Nya.

Perasaan ini membawa hamba tersebut untuk senantiasa bersandar dan memohon pertolongan hanya kepada Allah. Mereka akan selalu merasa butuh kepada Allah dalam segala aspek kehidupan.

BACA JUGA:Anak Yatim Piatu Karena Orang Tuanya Terlalu Sibuk: Fenomena Baru yang Mengkhawatirkan

BACA JUGA:Rahasia Taqwa: Menemukan Solusi dan Rezeki di Saat Sulit

Seorang hamba yang merasakan perendahan diri ini tidak akan pernah sombong atau merasa cukup dengan usaha dan kemampuannya sendiri. Sebaliknya, ia akan semakin merasakan kehadiran Allah dalam hidupnya dan memahami bahwa segala nikmat yang ia miliki adalah murni dari Allah.

2. Memeriksa Aib Diri dan Amal

Selain perasaan tidak berdaya, Ibnul Qoyyim juga menjelaskan bahwa hamba yang Allah kehendaki kebaikan akan senantiasa memeriksa aib diri dan amalnya. Hamba tersebut tidak merasa dirinya sempurna.

Ia sadar bahwa banyak kelemahan dan kekurangan dalam amalnya, dan bahwa dirinya sering kali melakukan kesalahan. Perasaan ini mendorongnya untuk terus memperbaiki diri dan bertobat kepada Allah.

Dengan memeriksa aib diri, seorang hamba akan terhindar dari perasaan ujub (bangga diri) atau riya (beramal untuk dipuji). Ia memahami bahwa amalnya tidak akan sempurna tanpa pertolongan dan rahmat dari Allah, sehingga ia tidak pernah berhenti untuk bertobat dan memohon ampunan-Nya.

BACA JUGA:Tiga Waktu Mustajab untuk Berdoa di Hari Jumat: Jangan Lewatkan!

BACA JUGA:Saat Dunia Mengalihkan Perhatian, Kematian Datang Tanpa Peringatan

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan