Baung merupakan marga Hemibagrus yang pada mulanya dianggap satu dengan marga Mystus (ikan-ikan keting atau lundu).
Namun, marga ini kemudian dipisahkan dari Mystus, salah satunya karena anggotanya yang dewasa umumnya memiliki tubuh yang berukuran besar.
Salah satu jenis baung dari Indocina bagian tengah, Hemibagrus wyckioides, diketahui sebagai jenis baung terbesar yang dapat mencapai bobot tubuh hingga 80 kg.
Ikan-ikan baung memiliki tubuh yang agak mirip dengan lele, dengan kepala yang memipih agak mendatar.
Bagian tulang tengkorak yang kasar di atas kepala tidak tertutupi oleh kulit, dan sirip lemak yang berukuran sedang berada di belakang sirip punggung (dorsal).
Baung bertubuh licin tanpa sisik, dan serupa dengan lundu dan patin, baung memiliki tiga duri yang berbisa (patil), yakni pada sepasang sirip dadanya, dan sebuah lagi berada di awal sirip punggungnya.
Kesimpulan
Sungai Musi, sebagai salah satu sumber kehidupan bagi masyarakat Sumatera Selatan, menyimpan harta karun berupa ikan tapah dan baung.
Meskipun keduanya memiliki kesamaan fisik seperti kumis yang menonjol, ikan tapah dan baung memiliki perbedaan signifikan dalam ukuran, perilaku, dan habitat.
Keberadaan kedua ikan ini yang semakin langka mengingatkan kita akan pentingnya konservasi dan pengelolaan berkelanjutan untuk menjaga populasi ikan tapah dan baung tetap lestari.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang karakteristik dan perbedaan kedua ikan ini, kita dapat lebih menghargai dan melindungi harta karun yang ada di Sungai Musi.***