Biasanya, tiga atau dua hari menjelang lebaran, penjualan kue kering mulai meningkat.
Namun, kali ini, Siska dan pedagang lainnya masih menunggu lonjakan pembeli yang belum juga datang. Beberapa kue yang dijual adalah hasil buatan sendiri, sementara yang lain dibeli dari pemasok.
"Kami berharap jumlah pembeli meningkat di setiap tahun dan setiap harinya," ujarnya dengan harap.
BACA JUGA:Jelang Pilkada, 11 Pejabat di Lingkungan Pemkot Lubuklinggau Dimutasi: Berikut Nama-nama Pejabatnya!
BACA JUGA:Cegah Judi Online, Propam Polres Muba Razia Hp Anggota
Situasi ini menimbulkan kekhawatiran bagi para pedagang yang mengandalkan momen-momen seperti ini untuk meningkatkan pendapatan mereka.
Ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab sepinya pembeli menjelang Idul Adha kali ini.
Salah satunya adalah perbedaan karakteristik perayaan antara Idul Fitri dan Idul Adha.
Idul Fitri biasanya dirayakan dengan lebih meriah, di mana keluarga besar berkumpul dan membutuhkan lebih banyak makanan ringan dan kue.
Sementara itu, Idul Adha lebih fokus pada ibadah kurban dan mungkin tidak terlalu menekankan pada penyediaan kue kering.
Faktor ekonomi juga bisa mempengaruhi daya beli masyarakat.
Dengan situasi ekonomi yang mungkin tidak stabil, masyarakat cenderung lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang untuk hal-hal yang dianggap tidak terlalu penting.
Selain itu, persaingan antar pedagang juga semakin ketat, di mana banyak pedagang lain yang mungkin menawarkan harga lebih murah atau memiliki varian kue yang lebih menarik.
Sepinya pembeli tidak hanya berdampak pada pendapatan pedagang, tetapi juga berpotensi mempengaruhi ekonomi lokal.
Pasar yang sepi dapat mengurangi pendapatan tidak hanya bagi pedagang kue kering tetapi juga bagi pedagang lain di pasar yang saling bergantung satu sama lain.
Keadaan ini juga mempengaruhi mood dan semangat pedagang yang biasanya bergairah saat menjelang hari raya.