Simbar berfungsi sebagai penangkal petir, sementara melati melambangkan keagungan dan kerukunan, dan tanduk-tanduknya memiliki interpretasi yang menghubungkan dengan nilai-nilai agama dan kehidupan sosial.
BACA JUGA:Perbedaan Kopi Semendo Vs Kopi Pagaralam : Penikmat Kopi Pasti Tahu, Soal Rasa tak Pernah Bohong !
BACA JUGA:Mengulas 10 Kabupaten Paling Tajir di Sumatera Selatan : Berikut 5 Fakta Menarik Kabupaten OKI !
Selain filosofi yang terkandung di dalamnya, orientasi Rumah Limas juga memiliki signifikansi tersendiri.
Menghadap ke arah timur dan barat, bagian timur disebut Matoari Mati yang melambangkan akhir kehidupan, sementara bagian barat disebut Matoari Edop yang melambangkan kehidupan baru.
Ini menunjukkan hubungan antara bangunan dengan alam dan siklus kehidupan yang terus berputar.
Meskipun keberadaannya semakin jarang dijumpai di era modern ini, Rumah Limas tetap memegang peran penting sebagai lambang identitas budaya dan sejarah.
Di kawasan suku Palembang, terutama di daerah ulu, rumah-rumah tradisional ini masih dapat ditemui, meskipun banyak masyarakat telah beralih ke rumah-rumah modern.
Dengan semakin langkanya Rumah Limas, penting untuk terus memahami dan merawat warisan budaya ini sebagai bagian yang tak terpisahkan dari identitas dan kekayaan budaya bangsa Indonesia.
Melalui pemahaman yang lebih mendalam terhadap filosofi, simbolisme, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, kita dapat menjaga warisan ini agar tetap hidup dan berdampingan dengan perkembangan zaman yang terus berubah.
Rumah Limas bukan sekadar sebuah bangunan, tetapi juga sebuah cermin dari kearifan lokal yang patut dilestarikan. ***