Tidak ada penggunaan paku dalam menyatukan bagian-bagian rumah, melainkan digunakan rotan sebagai penguat.
BACA JUGA:Menggali Spiritualitas Lampung: Detik-detik Mendalam di Tengah Destinasi Wisata Religi
BACA JUGA:Pariwisata Religi yang Tersembunyi: Keajaiban Makam Kawah Tekurep
Bahkan, tiang-tiang rumah tidak ditanam ke dalam tanah, melainkan berdiri di atas batu.
Meskipun daerah Pagaralam sering dilanda gempa bumi, Rumah Baghi telah terbukti sangat tahan terhadap guncangan, tanpa pernah roboh atau rusak.
Keunikan dan kekokohan Rumah Baghi telah mengantarkannya menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada tahun 2017, dengan domain Kemahiran dan Kerajinan Tradisional.
Kehadiran Rumah Baghi bukan hanya sebagai peninggalan sejarah, tetapi juga sebagai inspirasi bagi masyarakat untuk menjaga dan memperkokoh kearifan lokal serta kelestarian budaya tradisional.
BACA JUGA:Masjid Jami’ Al Anwar: Simbol Toleransi dan Kebhinekaan di Provinsi Lampung
BACA JUGA:Langkah Awal Menuju Cahaya: Perjalanan Ki Gede Ing Suro di Palembang
Rumah Baghi tidak hanya sekadar bangunan, tetapi juga simbol keberanian, kekayaan budaya, dan ketangguhan dalam menghadapi bencana alam.
Semoga informasi ini menjadi pembelajaran yang bermanfaat bagi kita semua, untuk terus menghargai dan melestarikan keberagaman budaya Indonesia.
Rumah Baghi, sebuah keajaiban arsitektur dan kekayaan budaya dari masyarakat Besemah, telah menjadi salah satu penanda keberagaman budaya Indonesia.
Rumah ini membanggakan ciri khas pada atapnya yang meruncing bagai tanduk, mirip dengan rumah adat Minang atau Toraja.
Namun, satu yang membedakannya adalah bahan atap yang terbuat dari ijuk atau serabut pohon aren, dengan kerangka bambu yang kokoh.
Konstruksi Rumah Baghi sangat unik, dengan penggunaan pasak sebagai penyambung bagian rangka, tanpa memerlukan paku.
Bahkan, pemasangan papan dinding dilakukan melalui lubang alur tanpa menggunakan paku.