Dia juga dikenal telah memerdekakan ribuan budak, menunjukkan kepeduliannya terhadap kemanusiaan dan keadilan sosial.
BACA JUGA:Polemik Pemerintah Mencabut Aturan Ekskul Pramuka di Sekolah
BACA JUGA:Kisah Sahabat Nabi Abu Dzar Al-Ghifari : Pahlawan Kesetiaan dan Keadilan yang Terlupakan
Ketika Abdurrahman bin Auf meninggal dunia, dia meninggalkan harta yang melimpah, termasuk emas yang dipotong-potong dengan kapak sehingga membuat tangan orang-orang lelah.
Emas yang sangat banyak itu dibagikan kepada masyarakat luas, menunjukkan kedermawanan dan kepeduliannya terhadap kesejahteraan umat Islam.
Sumber kekayaan Abdurrahman bin Auf, yang utamanya berasal dari peternakan yang dia miliki, menunjukkan bahwa dia adalah seorang pengusaha yang sukses dan bijaksana.
Peternakan besar yang dimilikinya, dengan ribuan unta, kuda, dan domba, tidak hanya menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi Abdurrahman bin Auf, tetapi juga menjadi sarana untuk menyokong perjuangan Islam dan membantu umat Muslim yang membutuhkan.
Selain sumbangan keuangan dan materi, Abdurrahman bin Auf juga aktif dalam mendirikan Baitul Mal di Madinah, lembaga yang bertanggung jawab atas distribusi kekayaan dan sumber daya bagi umat Islam yang membutuhkan.
Kontribusi besar Abdurrahman bin Auf ke Baitul Mal ini mencerminkan komitmennya untuk melayani masyarakat dan memastikan bahwa semua Muslim mendapat perlindungan dan dukungan yang mereka perlukan.
Kisah Abdurrahman bin Auf adalah contoh inspiratif dari seorang Muslim yang kaya dan dermawan, yang menggunakan kekayaannya untuk kebaikan umat manusia dan pembangunan masyarakat.
Dedikasinya terhadap Islam, kedermawanannya yang luar biasa, dan kepemimpinannya dalam bisnis dan filantropi menjadikannya teladan bagi generasi Muslim masa kini dan masa depan.
Semoga kisah ini terus menginspirasi kita untuk mengikuti jejaknya dalam kebaikan dan kedermawanan. (net)