Atapnya terdapat kubah berwarna hijau dengan bulan sabit dan bintang layaknya masjid-masjid di Timur Tengah.
BACA JUGA:Rahasia Ngabuburit Seru di Kota Palembang: 10 Destinasi Imperdible!
BACA JUGA:Makam Kawah Tengkurep 3 Ilir, Jejak Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Sementara di keempat sudut bangunan terdapat atap berbentuk limas, salah bentuk rumah adat di Palembang, berwarna hijau.
Masjid dilengkapi dua menara serupa pagoda berwana merah, yang masing-masing diberi nama “Habluminallah” dan “Hambluminannas” –”hubungan manusia dengan Allah” dan “hubungan dengan sesama manusia”.
Kedua menara itu punya lima tingkat, yang melambangkan shalat lima waktu dalam sehari.
Tinggi menara mencapai 17 meter; simbol dari jumlah rakaat yang harus dikerjakan setiap Muslim dalam sehari.
BACA JUGA:Masjid Jami’ Al Anwar: Simbol Toleransi dan Kebhinekaan di Provinsi Lampung
BACA JUGA:Arsitektur Tanpa Batas: Eksplorasi Keunikan Islamic Center Tulang Bawang Barat
Di lantai dasar masing-masing menara terdapat tempat wudhu. Sementara bagian luar menara dibubuhi ornamen khas Palembang berupa tanduk kambing.
Di dalam masjid, pengunjung akan mendapati warna dominan merah yang identik dengan budaya Tionghoa.
Desain daun pintu utama, pancang-pancang, dan ornamen pagar pembatas di bagian atas kian mempercantik tampilan interior masjid yang kental nuansa Tionghoa.
Di gerbang atau gapura masjid yang bergaya Tiongkok, dengan pilar merah dan atap limas berwarna kuning emas, terdapat sebuah papan nama bertuliskan “Masjid Muhammad Cheng Hoo”, lengkap dengan aksara Mandarin.
Penggunaan ornamen-ornamen khas tersebut bukan tanpa sebab.
Selain karena Masjid Cheng Ho ini dibangun di tanah Palembang, masyarakat juga menyadari adanya kedekatan antara kebudayaan Palembang dan kebudayaan Tionghoa.
Pemberian nama Cheng Ho juga bukan tanpa alasan. Cheng Ho (Zheng He), yang dikenal sebagai panglima angkatan laut Tiongkok pada ke-15, diyakini memimpin ekspedisi keliling dunia, termasuk ke Palembang.