Ini mungkin karena proses perhitungan hisab yang telah mereka persiapkan jauh-jauh hari sebelumnya.
Sebaliknya, NU, yang mengandalkan pengamatan langsung bulan, mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk memastikan bahwa bulan telah terlihat secara jelas sebelum mengumumkan awal puasa dan lebaran.
4. Perbedaan Struktur Organisasi
Muhammadiyah dan NU memiliki struktur organisasi yang berbeda.
Muhammadiyah lebih terpusat dan memiliki lembaga khusus untuk menangani urusan agama, termasuk penetapan awal puasa dan lebaran.
Sementara NU, meskipun memiliki struktur organisasi yang besar, memiliki kebijakan yang lebih terdesentralisasi, yang mungkin memerlukan koordinasi lebih luas sebelum mengambil keputusan bersama.
5. Kondisi Geografis
Indonesia memiliki wilayah yang luas dengan kondisi geografis yang beragam.
Pengamatan bulan di daerah tertentu mungkin berbeda dengan daerah lainnya.
Hal ini dapat mempengaruhi waktu pengumuman awal puasa dan lebaran dari Muhammadiyah dan NU, terutama ketika mengacu pada metode pengamatan langsung bulan.
6. Tradisi dan Kebiasaan
Perbedaan dalam penetapan awal puasa dan lebaran juga dapat mencerminkan tradisi dan kebiasaan yang telah berlangsung dalam masing-masing organisasi.
Muhammadiyah dan NU telah mengembangkan pola dan praktik mereka sendiri sepanjang sejarah organisasi mereka.
Meskipun Muhammadiyah seringkali lebih dulu dalam menetapkan awal puasa dan lebaran dibandingkan NU, penting untuk diingat bahwa perbedaan ini sebagian besar bersifat teknis dan tidak mengurangi keberagaman dan kekayaan dalam praktik keagamaan di Indonesia.
Kedua organisasi memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mempersatukan umat Islam Indonesia dalam menjalankan ibadah puasa dan merayakan Idul Fitri dengan penuh kebersamaan dan kedamaian.
Dengan demikian, perbedaan ini seharusnya tidak menjadi sumber perpecahan, tetapi justru menjadi bagian dari kekayaan budaya dan spiritualitas bangsa Indonesia. ***