Tidak sedikit pelaku UMKM yang mencoba menghadirkan varian rasa baru seperti matcha, keju, cokelat, hingga pandan untuk menambah daya tarik generasi muda.
Bahkan beberapa toko kue premium menawarkan versi kue salju dengan isian yang lembut di tengahnya, memberikan pengalaman makan yang berbeda dibandingkan kue salju klasik.
Kreativitas ini membuat kue salju semakin digemari dan memiliki nilai jual lebih tinggi.
Permintaan pasar yang meningkat menjelang hari raya memberikan peluang yang besar bagi para pelaku usaha kuliner rumahan.
Banyak UMKM melaporkan peningkatan pesanan hingga dua kali lipat selama periode Ramadan dan Natal.
Tak hanya itu, platform jual beli online menjadi salah satu saluran penjualan yang paling efektif.
Melalui marketplace dan media sosial, kue salju buatan rumahan dapat menjangkau konsumen dari berbagai daerah, bahkan hingga ke luar pulau.
Di sisi lain, konsumen kini juga menjadi lebih selektif dalam memilih kue salju.
Mereka tidak hanya mempertimbangkan rasa, tetapi juga tampilan, bentuk, dan kehalusan gula yang membalut permukaan kue.
Kue yang renyah namun tetap lembut di mulut dianggap sebagai kualitas terbaik.
Kemasan turut menjadi faktor penentu, terutama bagi pembeli yang ingin menjadikannya hampers atau hadiah untuk kerabat dan kolega.
Menurut beberapa pelaku UMKM yang ditemui, proses pembuatan kue salju sebenarnya tidak terlalu sulit, namun membutuhkan ketelitian dan kesabaran.
Adonan harus diproses pada suhu yang tepat agar teksturnya tidak terlalu keras atau terlalu rapuh.
Setelah dipanggang, kue perlu didiamkan sejenak sebelum digulingkan ke dalam gula halus agar lapisannya menempel sempurna.
Tahapan ini memengaruhi kualitas akhir, sehingga setiap pembuat kue harus benar-benar memperhatikan detailnya.
Dari sisi kesehatan, kue salju tergolong sebagai kudapan tinggi kalori karena kandungan gula dan mentega.