Meski begitu, versi tradisional tetap menjadi favorit karena keaslian rasanya.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan secara aktif mendorong pelestarian kerak telur melalui pelatihan kuliner tradisional dan sertifikasi bagi pedagang kaki lima.
Selain itu, komunitas kuliner Betawi juga rutin mengadakan lomba memasak kerak telur untuk anak muda agar mereka ikut mengenal dan melestarikan makanan khas daerahnya.
“Kerak telur bukan sekadar makanan, tapi warisan budaya yang harus kita jaga bersama,” ujar salah satu pelaku kuliner Betawi, H. Ridwan, yang sudah berjualan kerak telur selama lebih dari 30 tahun di kawasan Monas.
Selain lezat, kerak telur juga memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Telur mengandung protein, vitamin B kompleks, dan mineral penting, sementara kelapa parut memberikan lemak sehat dan serat alami.
Namun, karena proses pemanggangan di atas bara api membuat kerak telur memiliki kandungan kalori cukup tinggi, konsumsinya sebaiknya tidak berlebihan.
Keberadaan kerak telur membuktikan bahwa kuliner tradisional mampu bertahan di tengah perkembangan zaman.
Cita rasa autentik, proses memasak yang unik, dan makna budaya yang mendalam menjadikan kerak telur bukan sekadar makanan, melainkan simbol kebanggaan masyarakat Betawi dan identitas kuliner Jakarta.
Dengan terus dilestarikan oleh generasi muda dan didukung oleh berbagai pihak, kerak telur akan tetap harum namanya di dunia kuliner Indonesia dan mancanegara.