Selain itu, sebagian pelaku pasar juga mulai melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah harga emas sempat melonjak tajam beberapa pekan lalu.
Pemicunya akibat ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan spekulasi penurunan suku bunga oleh bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed).
Analis pasar logam mulia memperkirakan, fluktuasi harga emas masih akan berlanjut hingga akhir Oktober seiring menantikan rilis data inflasi dan kebijakan suku bunga terbaru dari The Fed.
Sejalan dengan kondisi di dalam negeri, harga emas dunia pada Selasa pagi waktu Asia juga dibuka melemah di kisaran US$2.360 per troy ounce, turun sekitar 0,8 persen dibanding posisi akhir pekan lalu.
Koreksi ini turut berimbas pada harga emas domestik, termasuk produk logam mulia Antam, yang mengikuti tren global dengan tambahan faktor pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Meskipun harga emas sedang terkoreksi, para analis menilai logam mulia tetap menjadi instrumen investasi jangka panjang yang aman (safe haven).
Penurunan harga seperti ini justru bisa menjadi momentum bagi investor untuk melakukan pembelian bertahap.
Dengan turunnya harga hingga Rp45.000 per gram, harga emas Antam kini kembali menjauh dari rekor tertingginya.
Namun fluktuasi tajam ini masih dipengaruhi kondisi global yang belum stabil.
Investor disarankan tetap mencermati pergerakan nilai tukar rupiah, kebijakan moneter global, serta perkembangan geopolitik dunia yang dapat memengaruhi harga emas dalam beberapa pekan mendatang.