Para wali menggunakan tradisi kuliner sebagai media dakwah dan ketupat dengan opor dijadikan simbol religius sekaligus sarana silaturahmi.
Ketupat, dengan bentuk anyaman janurnya yang unik dipercaya sebagai lambang kebersihan hati dan pengakuan dosa sementara opor ayam melambangkan kehangatan serta harapan akan kehidupan yang lebih baik.
Tidak heran jika keduanya kemudian menjadi pasangan yang tidak terpisahkan saat Lebaran.
Selain di Jawa, opor ayam juga memiliki variasi rasa dan cara penyajian di berbagai daerah.
BACA JUGA:Beragam Perlombaan Unik dari Berbagai Daerah di Indonesia Sambut Hari Kemerdekaan
BACA JUGA:Beragam Perlombaan Meriahkan Peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus di Berbagai Daerah
Di Sumatera misalnya, opor sering diberi tambahan cabai sehingga menghasilkan cita rasa lebih pedas.
Sementara di Jawa Tengah, rasanya lebih gurih dengan dominasi santan kental.
Di beberapa daerah pedesaan, opor bahkan disajikan dalam acara hajatan, syukuran hingga selamatan menandakan fungsinya sebagai makanan seremonial yang sarat makna.
Kini, opor ayam tidak hanya identik dengan Lebaran.
BACA JUGA:Sejarah Bendera Merah Putih : Dari Simbol Perjuangan Hingga Lambang Negara
BACA JUGA:Cilok Kuah : Si Kenyal Hangat yang Kian Digandrungi Pecinta Jajanan Tradisional
Banyak restoran maupun rumah makan Nusantara yang menyajikan hidangan ini setiap hari menjadikannya kuliner yang tak lekang oleh waktu.
Meski sederhana, kehangatan opor ayam selalu menghadirkan rasa nostalgia terutama bagi perantau yang merindukan suasana kampung halaman.
Dengan sejarah panjang yang berakar pada tradisi Jawa dan makna filosofis yang mendalam, opor ayam bukan sekadar makanan melainkan warisan budaya Indonesia.
Sajian gurih berkuah santan ini akan terus menjadi simbol kebersamaan, mempererat hubungan keluarga dan menghidupkan tradisi di setiap perayaan Idulfitri maupun momen spesial lainnya.*