Strategi Menghadpi Jebakan Harga Beras

Sabtu 23 Aug 2025 - 18:18 WIB
Reporter : Bambang Samudera
Editor : Dahlia

KORANPALPOS.COM – Situasi perberasan di Indonesia kembali menjadi sorotan publik ketika harga beras melonjak tajam belum lama ini di tengah produksi yang justru dilaporkan melimpah.

Secara teori, hukum ekonomi sederhana menyatakan bahwa ketika pasokan meningkat, harga akan turun.

Namun, kondisi di lapangan menunjukkan fenomena yang berlawanan.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyoroti keberadaan para pedagang perantara atau middleman yang dianggap memainkan peran signifikan dalam menentukan harga.

BACA JUGA:Pantau Kondisi Keluarga, Aktifkan Penyuluh KB

BACA JUGA:RK Bukan Ayah Kandung Putri Lisa Mariana

Praktik ini membuat pasar beras rentan terhadap manipulasi dan menimbulkan keresahan publik.

Pemerintah dihadapkan pada tantangan besar untuk menyeimbangkan antara ketersediaan beras, harga yang stabil, dan perlindungan terhadap petani.

Dalam upaya meredam gejolak harga, pemerintah mengambil langkah dengan menggelontorkan bantuan sosial beras sebesar 360 ribu ton bagi 18,3 juta keluarga penerima manfaat melalui anggaran Rp4,9 triliun pada tengah tahun ini.

Kebijakan ini diharapkan dapat menjaga daya beli masyarakat di tengah fluktuasi harga, sekaligus memastikan ketersediaan pangan bagi kelompok rentan.

BACA JUGA:Deru Kecam Pengancaman Dokter di RSUD Sekayu

BACA JUGA:Bukan Calon Titipan, Inosentius Samsul Disetujui Jadi Hakim MK

Namun, kebijakan bansos ini memiliki hubungan yang kompleks dengan kebijakan ekspor beras yang dilakukan secara paralel.

Pemerintah merencanakan ekspor 2.000 ton beras per bulan ke Malaysia, atau sekitar 24.000 ton per tahun melalui skema bisnis antarbisnis (B-to-B).

Tujuan ekspor ini berasal dari Pasokan Beras Pemerintah dan ditekankan bahwa kebutuhan domestik tetap menjadi prioritas utama.

Kategori :