Salah satu faktor yang membuat cilor tetap eksis adalah harganya yang sangat murah.
Dengan uang jajan minim, anak-anak sekolah sudah bisa menikmati cilor dalam beberapa tusuk.
Selain itu, porsinya juga cukup mengenyangkan sehingga cocok sebagai camilan pengganjal perut sebelum makan besar.
Tidak heran jika jajanan ini menjadi sumber penghasilan banyak pedagang kaki lima.
Bahkan, beberapa pelaku usaha kecil menjadikan cilor sebagai bisnis rumahan yang cukup menjanjikan karena modalnya kecil, namun keuntungan yang diperoleh bisa stabil setiap hari.
Walaupun cilor termasuk jajanan ringan, kandungan telur di dalamnya memberi tambahan protein yang bermanfaat untuk tubuh.
Namun, karena pengolahannya melalui proses penggorengan, cilor tetap harus dikonsumsi dengan bijak agar tidak berlebihan dalam asupan minyak.
Bagi anak-anak, cilor bisa menjadi camilan alternatif asal tetap diimbangi dengan makanan sehat lainnya.
Fenomena cilor memperlihatkan betapa kuatnya budaya jajanan kaki lima di Indonesia.
Dari cilok, cimol, hingga cilor, semua membuktikan kreativitas masyarakat dalam mengolah bahan sederhana menjadi makanan yang digemari.
Lebih dari sekadar camilan, cilor juga menjadi bagian dari nostalgia masa sekolah yang sulit dilupakan.
Banyak orang dewasa yang ketika melihat pedagang cilor, langsung teringat kenangan masa kecilnya.
Cilor adalah salah satu jajanan kaki lima yang berhasil mencuri perhatian masyarakat karena rasanya gurih, teksturnya kenyal, harganya terjangkau, dan mudah ditemukan.
Dengan berbagai variasi rasa yang terus berkembang, cilor bukan hanya camilan anak-anak sekolah, tetapi juga favorit semua kalangan.
Kehadirannya membuktikan bahwa kreativitas dalam dunia kuliner tidak harus mahal, cukup dengan bahan sederhana seperti aci dan telur, bisa tercipta makanan enak, murah, dan penuh kenangan.