PT Tentrem dan Wintrone Hadirkan Bus Listrik Nasional: Spesifikasi Tinggi, Harga Kompetitif

Rabu 06 Aug 2025 - 10:40 WIB
Reporter : Koer
Editor : Yuli

Salah satu poin kuat dari bus ini adalah tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang tinggi. Baik Wintrone maupun Tentrem berkomitmen menggunakan komponen lokal sebanyak mungkin, mulai dari sistem rangka, bodi, hingga beberapa komponen elektrikal dan interior.

Dengan demikian, bus ini tidak hanya mengurangi ketergantungan terhadap impor, tapi juga bisa dijual dengan harga yang jauh lebih kompetitif dibandingkan bus listrik bermerek global, yang kerap dibanderol hingga Rp 5–7 miliar. Sebaliknya, bus Tentrem-Wintrone diprediksi berada di kisaran Rp 3,5 hingga 4,5 miliar tergantung spesifikasi.

Tak kalah penting, karena semua komponennya berbasis lokal, maka dukungan purnajual (after sales) jadi jauh lebih mudah dan cepat. Tak perlu menunggu komponen impor, serta bisa mengandalkan teknisi dalam negeri.

Dukungan Pemerintah dan Masa Depan Transportasi Listrik

Langkah Tentrem dan Wintrone ini sejalan dengan arah kebijakan pemerintah yang terus mendorong elektrifikasi di sektor transportasi. Dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), Indonesia menargetkan setidaknya 51.000 unit bus listrik beroperasi di seluruh Indonesia pada tahun 2030.

Sejumlah proyek seperti Transjakarta, Trans Semarang, Trans Metro Bandung, hingga BRT di Bali dan Medan kini mulai mengadopsi armada listrik. Dengan hadirnya pemain lokal seperti Wintrone dan Tentrem, pengadaan bus listrik di masa depan bisa lebih cepat dan murah tanpa harus bergantung pada produk luar negeri.

Uji Coba dan Sertifikasi

Bus ini dikabarkan sedang menjalani uji coba jalan dan homologasi untuk mendapatkan sertifikasi laik jalan dari Kementerian Perhubungan. Proses ini penting agar bus bisa digunakan secara resmi oleh operator transportasi publik.

Jika lulus, bukan tidak mungkin dalam waktu dekat kita akan melihat bus listrik 100% buatan Indonesia melayani rute-rute dalam kota, menggantikan armada lama berbahan bakar solar yang boros dan berpolusi.

Dampak Ekonomi dan Lingkungan

Hadirnya bus listrik lokal seperti ini punya dua dampak besar: ekonomi dan lingkungan.

Secara ekonomi, proyek ini membuka peluang besar bagi industri otomotif dan komponen lokal, serta menciptakan lapangan kerja baru di sektor manufaktur dan servis kendaraan listrik.

Sementara secara lingkungan, pengoperasian satu unit bus listrik bisa mengurangi emisi karbon setara 50 ton CO₂ per tahun dibandingkan bus konvensional.

Ini tentu kabar baik bagi kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, atau Bandung yang kerap diselimuti polusi udara.

Tantangan: Infrastruktur Pengisian Masih Terbatas

Meski menjanjikan, tetap ada tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah keterbatasan infrastruktur pengisian daya (EV charging station) untuk kendaraan besar seperti bus.

Kategori :