Pajak kendaraan di Jepang lebih bergantung pada kapasitas mesin dan emisi, bukan pada status impor atau lokal.
Hal ini membuka ruang bagi Mercedes-Benz untuk bersaing secara sehat dan transparan dengan merek lokal.
Alhasil, kualitas dan layanan menjadi faktor utama pembeda, bukan sekadar harga.
9. Kinerja Marketing yang Cerdas dan Estetik
Mercedes-Benz tidak sekadar menjual produk, tapi juga pengalaman dan gaya hidup.
Mereka aktif melakukan kampanye pemasaran yang dikemas dengan estetika tinggi dan nilai emosional.
Contohnya, kolaborasi dengan selebriti Jepang, peragaan mobil di distrik mewah seperti Ginza dan Shibuya, serta kehadiran dalam event-event gaya hidup membuat merek ini melekat kuat dalam benak konsumen muda dan dewasa.
10. Popularitas di Kalangan Selebriti dan Tokoh Publik
Selebriti, influencer, hingga pebisnis ternama Jepang banyak yang mengendarai Mercedes-Benz. Hal ini menciptakan efek domino, karena orang-orang ingin meniru gaya hidup idolanya.
Sebut saja Mercedes-Benz G-Class yang sering tampil di drama Jepang, video klip, hingga postingan media sosial selebriti.
Citra keren dan bergengsi ini tentu membuatnya makin diidamkan.
Kombinasi Strategi dan Kualitas
Mercedes-Benz tidak menjadi merek mobil asing terlaris di Jepang karena keberuntungan semata.
Keberhasilan mereka adalah kombinasi strategi pasar yang adaptif, branding yang kuat, kualitas produk yang superior, serta layanan purna jual yang profesional.
Di tengah dominasi mobil-mobil Jepang yang praktis dan terjangkau, Mercedes-Benz mampu menyasar segmen yang berbeda—yakni konsumen yang mencari pengalaman, status, dan kualitas.
Dan hasilnya? Merek asal Jerman ini berhasil memenangkan hati konsumen Jepang, dan menempatkan dirinya sebagai merek mobil impor nomor satu di Jepang selama bertahun-tahun berturut-turut.*