Beberapa varian bahkan menambahkan keju parut atau cabai bubuk untuk menciptakan rasa yang lebih bervariasi dan kekinian.
Meski banyak dijual dalam kemasan modern, pembuatan kue bawang sebagian besar masih dilakukan secara tradisional.
Prosesnya dimulai dari mencampur tepung terigu, telur, margarin, dan bumbu halus (bawang putih, garam, kaldu bubuk), kemudian diuleni hingga kalis.
Adonan yang telah siap kemudian dipipihkan dan dipotong memanjang menyerupai stik.
Setelah itu digoreng dengan minyak panas hingga kuning keemasan.
Hasil akhirnya adalah kue bawang yang renyah, harum, dan tahan lama jika disimpan dalam wadah kedap udara.
Di era digital saat ini, banyak pelaku UMKM yang memanfaatkan popularitas kue bawang sebagai peluang usaha.
Dengan kemasan yang menarik dan strategi pemasaran lewat media sosial, kue bawang kini tidak hanya dijual di pasar tradisional, tapi juga di berbagai marketplace online.
Bahkan, beberapa produsen berhasil mengekspor kue bawang ke luar negeri sebagai bagian dari promosi kuliner Nusantara.
Harga yang terjangkau dan daya tahan produk yang lama menjadi keunggulan tersendiri dibandingkan dengan snack instan pabrikan.
Kehadiran kue bawang dalam setiap perayaan menunjukkan pentingnya camilan ini dalam budaya masyarakat Indonesia.
Saat Lebaran, kue bawang sering dijajarkan bersama nastar, kastengel, dan putri salju.
Uniknya, camilan ini juga menjadi perekat hubungan sosial karena sering dijadikan hantaran atau buah tangan.
Di beberapa daerah, kue bawang juga dijadikan bagian dari tradisi gotong royong, di mana ibu-ibu berkumpul untuk membuat camilan ini bersama menjelang hari besar.
Hal ini tidak hanya menciptakan rasa kekeluargaan, tetapi juga melestarikan tradisi kuliner.
Agar tetap relevan di tengah perubahan zaman, berbagai inovasi dilakukan oleh pelaku usaha kue bawang.