Kini, ubi ini tak hanya dijual dalam bentuk panggang saja, tapi juga diolah menjadi keripik ubi, donat, bolu, puding, hingga es krim.
Salah satu pelaku UMKM di Sumedang, Siti Nurjanah, mengaku omzet usahanya meningkat hingga 50% setelah membuat inovasi bolu ubi Cilembu kukus yang dipasarkan secara daring.
“Rasa manis alaminya bikin bolu saya tidak perlu tambahan banyak gula. Banyak pelanggan luar kota yang jadi langganan tetap,” ujarnya.
Produk-produk olahan ini membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat, menjadikan ubi Cilembu bukan hanya komoditas pertanian, tapi juga penggerak ekonomi kreatif.
Pemerintah Kabupaten Sumedang terus mendorong promosi ubi Cilembu melalui festival tahunan, pelatihan petani, dan pembinaan UMKM.
Bahkan, Desa Cilembu kini dikembangkan sebagai desa wisata agro, di mana wisatawan bisa belajar langsung tentang budidaya ubi Cilembu, melihat proses pemanggangan tradisional, hingga mencicipi langsung dari petani.
“Ubi Cilembu sudah jadi ikon Sumedang. Kami ingin menjadikannya sebagai produk unggulan yang mendukung ekonomi masyarakat sekaligus promosi wisata,” ujar Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir.
Meski potensinya besar, petani ubi Cilembu masih menghadapi tantangan seperti keterbatasan lahan, fluktuasi harga, dan kurangnya teknologi pengolahan pascapanen.
Untuk itu, sinergi antara pemerintah, swasta, dan petani sangat dibutuhkan agar produksi ubi Cilembu tetap stabil dan berdaya saing tinggi.
Dengan dukungan yang tepat, ubi Cilembu berpeluang besar menjadi komoditas unggulan nasional yang dikenal luas di dunia internasional.
Manisnya ubi ini tidak hanya menggoda lidah, tapi juga menjanjikan masa depan cerah bagi para petani dan pelaku industri di sekitarnya.*