Harga Ubi Kayu Anjlok di Ogan Ilir: Petani Hanya Raup Rp1.500 per Kilogram !

Sabtu 24 May 2025 - 20:24 WIB
Reporter : Isro Antoni
Editor : Maryati

Beberapa pabrik pengolahan tepung tapioka di wilayah Ogan Ilir, Muara Enim, dan Prabumulih memang menjadi tujuan utama pasokan singkong petani. Namun, tanpa diversifikasi pasar dan produk, hasil singkong yang melimpah hanya akan menekan harga.

Menurut pengamat pertanian Sumsel, Dr. Taufik Hidayat, hal ini sudah menjadi siklus rutin. Ia menilai pemerintah perlu mendorong hilirisasi produk singkong agar nilai tambah bisa dinikmati petani.

“Singkong bisa diolah jadi tepung, keripik, bioetanol, dan lainnya. Tapi selama petani hanya menjual bahan mentah, harganya akan ditentukan oleh pabrik. Di sinilah pentingnya peran koperasi dan UKM,” jelasnya.

Untuk jangka panjang, para petani singkong di Ogan Ilir berharap mendapat pelatihan dan akses ke teknologi pengolahan hasil agar tidak bergantung sepenuhnya pada pabrik besar.

“Kalau bisa bikin keripik singkong sendiri, atau tepung mocaf, harganya bisa lebih tinggi. Tapi sekarang belum ada alat dan pelatihannya,” ujar Sutrisno.

Ia berharap pemerintah melalui Dinas Pertanian atau instansi terkait bisa memfasilitasi pelatihan dan bantuan alat produksi sederhana bagi petani di pedesaan.

“Kalau bisa bentuk koperasi olahan singkong, itu lebih bagus. Kami bisa atur sendiri harga dan tidak dibodohi pengepul,” pungkasnya.

Turunnya harga ubi kayu di Ogan Ilir menjadi cerminan masalah klasik sektor pertanian: ketergantungan petani terhadap pasar bebas, lemahnya tata niaga, serta belum meratanya akses ke teknologi dan pasar alternatif.

Di tengah upaya pemerintah meningkatkan produktivitas pertanian, perlu ada perhatian khusus untuk komoditas non-beras seperti singkong, agar para petani tetap mendapat kepastian pendapatan dan bisa bertahan dalam situasi pasar yang tidak stabil.

Kategori :