Harga Ubi Kayu Anjlok di Ogan Ilir: Petani Hanya Raup Rp1.500 per Kilogram !

Petani di kebun ubi kayu di wilayah Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Jumat (23/5/2025). -Foto : Isro Antoni-
KORANPALPOS.COM - Sejumlah petani di Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, mengeluhkan penurunan harga ubi kayu (singkong) yang cukup drastis pada masa panen tahun 2025.
Saat ini, harga jual di tingkat petani hanya Rp1.500 per kilogram, jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang sempat menyentuh Rp2.500 per kilogram.
Penurunan harga ini dirasakan langsung oleh para petani yang mulai memasuki masa panen pada akhir Mei 2025, setelah menanti selama delapan bulan sejak penanaman pertama dilakukan sekitar September 2024.
Sutrisno (55), salah satu petani ubi kayu asal Kecamatan Indralaya, mengatakan bahwa fluktuasi harga singkong merupakan hal biasa bagi mereka. Namun, penurunan yang terjadi tahun ini dinilai cukup memberatkan.
BACA JUGA:Targetkan 48 Ribu Hektare Sawah Baru 2025 : Berikut 3 Kabupaten Lumbung Beras di Sumatera Selatan !
BACA JUGA:Dukung Ketahanan Pangan Kapolres Ogan Ilir Tinjau Kebun Jagung Binaan di Indralaya
“Sekarang harga cuma Rp1.500 per kilogram. Tahun lalu bisa sampai Rp2.500. Dulu malah pernah di bawah seribu rupiah. Kami tetap jual karena memang waktunya panen,” ujarnya saat ditemui di kebunnya, Jumat (23/5).
Menurutnya, para petani tidak mengetahui secara pasti penyebab anjloknya harga tersebut. Mereka hanya bisa pasrah mengikuti harga pasar yang ditentukan oleh pengepul maupun pabrik.
“Kami biasanya jual ke pabrik singkong swasta di Ogan Ilir. Tidak tahu juga kenapa sekarang murah, padahal biaya pupuk dan tenaga kerja tidak murah,” tambah Sutrisno.
Dalam proses budidaya ubi kayu, petani seperti Sutrisno biasanya hanya melakukan pemupukan satu kali selama masa tanam delapan bulan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik dan pupuk kimia dari PT Pusri, yang diperoleh melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
BACA JUGA:Sandy Wiguna Resmi Menjadi Kepala Rutan Kelas IIB Prabumulih
BACA JUGA:Bupati H M Toha Ingatkan Camat Lurah Kades dan Masyarakat Muba Untuk Siaga Cegah Karhutbunlah
Namun meski input minim, biaya tenaga kerja, sewa lahan, hingga ongkos angkut tetap harus ditanggung petani. Dengan harga jual hanya Rp1.500 per kilogram, margin keuntungan menjadi sangat kecil, bahkan bisa merugi jika hasil panen tidak maksimal.
“Kalau lahannya bagus bisa dapat 20 ton per hektare, tapi kalau tanahnya keras atau airnya kurang, hasil bisa di bawah itu. Sementara biaya panen dan angkut sekarang mahal,” keluhnya.