Harga Ubi Kayu Anjlok di Ogan Ilir: Petani Hanya Raup Rp1.500 per Kilogram !

Petani di kebun ubi kayu di wilayah Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Jumat (23/5/2025). -Foto : Isro Antoni-
Senada dengan itu, Siti (30), petani wanita dari desa tetangga, juga mengaku kecewa dengan rendahnya harga singkong tahun ini. Ia mengatakan harga Rp1.500/kg sangat jauh dari harapan.
“Tahun lalu kami panen dapat harga tinggi, bisa Rp2.500 per kilo. Sekarang turun banyak, sedih juga. Tapi singkong nggak bisa disimpan lama, jadi tetap dijual,” ucapnya.
BACA JUGA:Bidang Propam Polda Sumsel Gelar Tes Urine Mendadak di Polres Muba, Ini Sasarannya
BACA JUGA:Lapas Sekayu Gelar Tes HIV Massal
Menurutnya, kebun miliknya ditanami sekitar setengah hektare singkong, yang kini menghasilkan 8 hingga 10 ton.
Dengan harga saat ini, penghasilannya hanya berkisar Rp12 juta sampai Rp15 juta, belum dipotong biaya tanam dan panen.
“Singkong ini kan makanan rakyat, tapi harganya nggak menentu. Kadang panen bagus tapi harga jelek, kadang harga naik tapi hasilnya sedikit,” ujarnya lirih.
Kondisi ini menyoroti minimnya kontrol harga dan perlindungan harga dasar komoditas pertanian, khususnya untuk tanaman pangan sekunder seperti ubi kayu.
BACA JUGA:Tim Pembina Posyandu Prabumulih Resmi Dilantik H Arlan: Posyandu Garda Terdepan
BACA JUGA:Sekda Edward Candra Ajak Semua Pihak Bersinergi Wujudkan Sumsel sebagai Provinsi Digital
Tak seperti beras atau jagung, singkong belum termasuk komoditas strategis yang mendapat jaminan harga dari pemerintah.
Para petani berharap ada intervensi dari pemerintah daerah maupun pusat agar harga tidak terlalu anjlok saat musim panen tiba.
“Kalau bisa pemerintah bantu dengan penyerapan hasil panen lewat BUMDes atau koperasi, atau kasih harga dasar, jadi kami nggak rugi terus,” harap Siti.
Salah satu faktor penyebab anjloknya harga bisa jadi karena melimpahnya pasokan di pasaran, terutama pada masa panen serentak.
BACA JUGA:Tim Pembina Posyandu Prabumulih Resmi Dilantik H Arlan: Posyandu Garda Terdepan