1. Imunisasi HPV kepada anak-anak perempuan usia sekolah,
2. Skrining dini menggunakan metode IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) atau Pap smear,
3. Penanganan lesi pra-kanker untuk mencegah perkembangan menjadi kanker.
Program ini sejalan dengan target WHO untuk mengeliminasi kanker serviks sebagai masalah kesehatan masyarakat pada 2030.
"Kami mendorong peningkatan cakupan vaksinasi HPV dan pemeriksaan dini. Edukasi ke masyarakat dan pelatihan tenaga kesehatan juga terus dilakukan," kata dr. Dirga.
Saat ini, vaksinasi HPV sudah mulai diberikan secara gratis di beberapa daerah untuk siswa sekolah dasar kelas 5 dan 6 melalui program imunisasi nasional.
Salah satu tantangan besar dalam pencegahan HPV adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat, terutama tentang perlunya vaksinasi pada laki-laki.
Banyak yang mengira HPV hanya berkaitan dengan perempuan dan kanker serviks saja.
Padahal, seperti dijelaskan sebelumnya, HPV juga menyerang laki-laki dan dapat berujung pada kanker yang tidak kalah mematikan.
"Melawan stigma ini penting. Edukasi harus sampai ke semua lapisan masyarakat bahwa HPV bukan hanya masalah perempuan. Laki-laki juga berperan dalam pencegahan dan perlindungan," tegas dr. Dirga.
Ia juga mengingatkan bahwa vaksin HPV adalah langkah preventif yang jauh lebih murah dan lebih aman dibandingkan dengan biaya serta risiko yang harus ditanggung untuk mengobati kanker stadium lanjut.
Infeksi HPV adalah ancaman nyata bagi kesehatan global, mempengaruhi baik perempuan maupun laki-laki.
Melalui vaksinasi yang tepat dan edukasi yang terus menerus, beban penyakit yang ditimbulkan oleh HPV dapat ditekan secara signifikan.
Masyarakat diimbau untuk tidak menunda vaksinasi, baik untuk diri sendiri maupun anak-anak mereka, demi masa depan yang lebih sehat.
"Vaksinasi HPV adalah investasi kesehatan jangka panjang. Jangan tunggu sampai sakit. Lindungi diri dan orang tercinta mulai dari sekarang," pungkas dr. Dirga.(ant)